Hamid
Hamid Oleh Kang Bari Lelaki paruh baya dengan baju putih celana jean warna biru, duduk bersandar di pojok warung kopi . Sambil menikmati seduhan kopi hitam sesekali ia melempar pandanganya ke seberang jalan, di sana ia temukan seonggok puing-puing bangunan. Ya di tempat itu dulu ada sebuah rumah mungil diantara bangunan yang lainnya. Di rumah itu ia pernah tinggal, mengukir hari-hari bersama belahan jiwa, istri dan satu orang anaknya. Kenangan itu tiba –tiba muncul di ruang angannya, saat-saat terindah bersama orang-orang tercinta. “Ayah...ayah....” suara cadel Ahmad menyabut kedatangannya saat pulang dari kantor. Kemudian bocah mungil itu berlari menuju ayahnya lalu minta digendong, belum puas juga ia memintanya merangkak. Sudah bisa ditebak pasti ia naik ke punggung dan berpura-pura jadi seorang penunggang kuda yang mengelilingi ruangan tamu sampai ke dapur. Capek pun jadi hilang kalau sudah bersama Ahmad anak semata wayang itu. “Sudah ya nak turun, kud