Pelukis

Pelukis
Oleh Kang Bari
"Amir...Amir," panggil Ibu dengan suara tinggi, namun belum juga anak itu menenuhi panggilan ibunya.
"Amir...kenapa sih kamu diam saja, sudah berkali-kali Ibu memanggilmu," sambil menuju tempat dimana Amir sedang asyik menggambar.
"Iya Bu..," jawab Amir sambil meneruskan tarian tangannya di atas kertas gambar.
"Cepat ambilkan kayu bakar," teriak ibu Amir.
Yang diperintah asyik melukis seorang kusir sedang duduk di atas delman sambil mengendalikan kuda.
"Sebentar Bu, aku sedang menyelesaikan lukisanku. Kalau sudah selesai gambar ini aku arsir baru ku ambil kayu bakar," jawab  satu-satunya anak laki-lakinya itu.

Begitulah Amir kalau ibunya memerintah sesuatu pekerjaan, ia selalu sibuk dengan tarian jemarinya di atas buju gambar. Menggambar merupakan hobi yang sangat ia sukai. Tidak ada waktu luang kecuali selalu dimanfaatkan Amir untuk melukis atau menggambar. Di ruang belajarnya berjajar sederetan lukisan tangannya sendiri. Hasil lukisan itu ia pajang di dinding kamarnya dengan rapi, layaknya galeri lukisan saja. Mulai dari lukisan di atas kertas sampai kanvas.

Dunia lukis menjadi bagian hidup Amir meskipun usianya baru menginjak sepuluh tahun. Bakatnya itu menurun dari almarhum ayahnya, Beliau dulu semasa hidupnya adalah pelukis yang cukup terkenal di kampung ini. Bahkan hampir semua ruang tamu di rumah-rumah warga kampung ini bisa dipastikan memajang lukisan hasil karya ayah Amir. Kaligrafi dan pemandangan alam menjadi lukisan favorit warga kampung,  seperti halnya di rumah Amir sendiri juga terpajang hasil karya ayahnya.

Amir tak ubah Ayahnya, kesibukan melukis membuatnya terlena menghabiskan waktu dengan menghadapi kanvas. Tidak jarang ia lupa makan bahkan juga sering lupa mandi. Sehingga kesan dekil dan bau anyir terkadang melekat pada dirinya. Oleh karena itu beberapa temannya kurang suka padanya, meskipun secara umum Amir bukan termasuk anak yang nakal.

Setelah  merampungkan arsiran pada lukisannya Amir bergegas menuju belakang rumah untuk mengambil kayu bakar. Sambil bersiul gembira ia memanggul kayu untuk ibunya yang sedang memasak di dapur.
"Ini Bu kayunya, cukup kan Bu?' Tanya anak itu sambil mendekat ibunya.
"Ya cukup Mir, sudah jadi lukisanmu?" jawab ibu juga balik bertanya.
" Sudah Bu. Beres pokoknya," jawab Amir kemudian mengeloyor ke luar agak sedikit berlari.
Belum sempat keluar dari pintu, ibunya bertanya.
"Kamu sudah mandi Mir," pertanyaan itu  mengurungkan niatnya kembali ke ruang lukis. Karena hari sudah sore dan memang dia belum mandi. Bau anyir dari tubuhnya yang seharian belum mandi itu segera menghambue ke kamar mandi.

#Days13
#30DWC
#ODOP


Komentar

  1. Bakat emang nggak bisa ditolak yaa 😃

    BalasHapus
  2. jadi mikir, bakatku apa sebenernya ya

    BalasHapus
  3. Meskipun asyik dgn hobi, jangan lupakan kewajiban terhadap orangtua

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reog Kendang Tulungagung

Ronda malam