Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Kota Seribu Pesona

Gambar
Kota  Seribu Pesona Oleh Kang Bari Pernahkah anda  membayangkan sebuah kota dengan seribu taman? Ya taman-taman yang  indah seperti yang pernah anda baca dalam cerita atau dongeng pengahantar tidur. Taman yang penuh dengan warna-warni bunga, air mancur, kolam, lampu-lampu hias, tempat bersantai, dan segala macam pernak-perniknya. Itu semua ada di kota kami. Anda akan menemukan taman itu disetiap sudut kota . Di taman itulah kami warga kota berkumpul setiap senja, bercengkerama menikmati indahnya kota sambil menunggu warna merah langit menjadi jingga. Siapa saja dan kapan saja bisa bergabung di sana tanpa harus dipungut biaya semua gratis. Termasuk resto dan tempat pengobatan tidak ada yang dipungut biaya. Jika saat adzan berkumandang semua penduduk kota yang muslim berhamburan menuju ke masjid-masjid yang tersebar di seluruh penjuru kota. Pedagang, karyawan, birokrat, sopir, petani dan segala macam profesi warga kota tak satupun yang absen jika waktu shalat tiba. Semua ak

Belajar Terus

Gambar
Belajar Terus Oleh Kang Bari Kalau ditanya atau menuliskan target-target apa yang sudah dicapai selama tahun 2017 dan apa yang belum tercapai? Haha...jujur saja aku tidak bisa menjawabnya. Karena memang aku belum pernah membuat catatatan apa yang harus saya capai. Kemudian juga belum pernah akau menulis kegagalan apa yang pernah aku alami. Lalu pertanyaannya begitu pentingkah membuat catatan target yang akan kita capai  dalam setahun? Kemudian haruskah sekarang aku ikut membuat catatan target tahunan ? tidak tahulah. Karena memang selama ini aku menjalani hidup itu alamiah seperti aliran air. Kalaupun ada target selama ini tidak pernah aku tuliskan, semua hanya terucap dan tersurat di angan-angan. Ini pun tidak saya lakukan diakhir tahun masehi, tetapi aku lakukan dipenghujung Bulan Ramadhan. Ternyata juga sulit untuk mengevaluasi dari target-target capaian yang hanya di angan-angan. Semua di awang-awang hehehe... Sebagai contoh target di akhir Bulan Ramadhan kem

Biduk Itu Menembus Gelombang

Gambar
Biduk Itu Menembus Gelombang ( Bagian 8 ) Oleh Kang Bari Salamah terlihat sibuk di ruang sebelah garasi mobil yang dijadikan ruang kerja sehari-hari bisnis online-nya. Sekilas tidak ada masalah pada dirinya,tetapi sebenarnya ia menyimpan was-was karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Ini adalah hari yang ketiga setelah Jumadi berangkat dari Pelabuhan Batu Ampar   Batam. Seharusnya suaminya itu sudah tiba karena perjalanan Batam-Bengkulu itu sekitar 54 jam, paling tidak pukul 16.00 tadi sudah sampai di rumah. Tetapi karena sedang terjadi pemadaman listrik dari pagi sehingga tidak bisa menghubungi nomor telepon suaminya. Seusai Shalat Maghrib listrik baru menyala, Salamah mencoba menghubungi nomor suaminya tetapi juga tidak tersambung. Memang nomor telepon genggam suaminya belum sepenuhnya diaktipkan, mungkin masih takut dengan pemberi pinjaman itu. Kemudian ia mencoba menghubungi pamannya, ternyata bisa tersambung. “ Assalaamu’alaikuam, “ suara pamannya yang

Setegar Karang

Gambar
Setegar Karang Oleh Kang Bari Suasana rumah ukuran 6 x 9 meter berdinding bambu itu cukup tertata rapi, halaman yang sempit kelihatan bersih. ini pertanda penghuninya sangat perhatian dengan lingkunganya. di sinilah Mbok Giyarti dan anaknya Nurwidayati serta suaminya tinggal. “ Kapan N duk periksa lagi ke Puskesmas?” tanya Mbok   Giyarti kepada anak bungsunya Nurwidayati. “ Besuk  Mbok tanggal 28,” jawab Nur panggilan akrab anak bungsunya itu. “ Ya sudah kalau begitu mbokmu mau ke sawah dulu, mau memetik kacang panjang biar besuk ada ongkos untuk periksa,” lanjut mertua Yoga mengakhiri percakapnya dengan Nur. “ Ya M bok hati-hati ya,” pesan istri Yoga kepada ibunya. Kemudian wanita tua yang usianya sudah menginjak kepala tujuh itu  menggendong senik mengayunkan kakinya menuju sawah. Sebagai pasangan muda sudah barang tentu kehamilan  anak pertama merupakan suatu kebahagian tersendiri. Tetapi tidak begitu halnya dengan pasangan Yoga dan Nurwidayati ini. Pasan

Biduk Itu Menembus Gelombang

Gambar
Biduk Itu Menembus Gelombang ( Bagian 7 ) Oleh Kang Bari Terdamparnya kapal penumpang di Pulau Angsa segera tersebar berkat beberapa kapal nelayan yang sedang berlayar di sekitar perairan pulau tersebut. Dua jam berikutnya datanglah tim SAR lewat udara dengan menggunakan helikopter, yang akhirnya evakuasi korban ditangani sepenuhnya oleh tim tersebut. Beberapa korban yang kritis langsung diterbangkan ke Pangkal Pinang untuk dirujuk ke Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru Riau. Esok harinya harian lokal telah menjadikan berita terdamparnya kapal penumpang di Pulau Angsa sebagai Head Line. Demikian juga berita di medsos sudah ramai membicarakan peristiwa tersebut dan foto-fotonya  menjadi viral. Pak Ahmadi paman Jumadi pagi itu setelah sarapan seperti biasa mengecek barang-barang paket yang datang malam hari di ruko sebelah rumah yang dijadikan kantor usahanya. Selesai mengecek beliau membuka koran harian lokal yang baru saja diantar oleh agen harian tersebut. Begitu

Biduk Itu Menembus Gelombang

Gambar
Biduk  Itu Menembus Gelombang ( Bagian 6 ) Oleh Kang Bari Usai makan pagi jumadi menemui Paman Ahmadi, hendak mengutarakan keinginannya pulang ke Bengkulu. “ Jadi kamu mau pulang ke Bengkulu sekarang Jum,” tanya pamannya. “ Iya paman, saya sudah empat hari di sini. Kasihan dengan Salman pasti sudah rindu” jawab Jumadi. “ Ya, hati-hatilah diperjalanan. Salam untuk ayah dan ibumu,” sambung Pak Ahmadi. “ Ya Paman nanti saya sampaikan,” jawab Jumadi seraya berjabatan tangan lalu keluar rumah. Di luar saudara sepupunya sudah menunggu dengan mobil yang yang sudah siap mengantarkannya ke pelabuhan Batu Ampar. Jadwal pemberangkatan kapal sesuai dengan yang tertulis ditiket pukul 10.00 WIB, masih ada waktu sekitar satu jam lagi. Laju mobil menyusuri Kota Batam menuju pelabuhan sedikit lengang karena sudah masuk jam kerja. Mobil melaju dengan kecepatan rata-rata 60 kilo meter per jam. Tiga puluh lima menit perjalanan telah memasuki pelataran Pelabuhan Batu Ampar, hir

Cintamu Tidak Akan Tergantikan

Gambar
Cintamu Tidak Akan Tergantikan Oleh Kang Bari  Lidahku kelu, anganku buntu harus dari mana aku memulai merangkai kata-kata, mengungkapkan perasaan yang terukir indah dalam hatiku. Agar engkau tahu bahwa rasa itu tak pernah layu oleh hembusan angin panas dari Gunung Merapi. Tak pernah tumbang oleh terjangan angin puting beliung. Perasaan itu begitu kuat dan kokoh, akar-akarnya menghunjam kedasar kalbu, rantingnya rindang bersemi dalam jiwa. Pucuknya tumbuh menjulang mencapai ketinggian rasa. Walau jarak memisahkan kita, tapi rasa itu begitu menggelora. Semakin jauh jarak kita semakin kuat rasa itu memburu dalam kalbu. Ketika alam menyenandungkan lagu simponi cinta, berkidungkan kasih dan sayang, aku semakin merindukan kehadiranmu. Ingin bercengkerama bersama, bermain di taman impian. Bersenda gurau di teras kasih sayang. Doamu selalu menyertai setiap   langkahku, bayangan wajahmu senantiasa menggelayut di sudut anganku. Wajah teduh penuh kasih sayang, terpancar dari

Biduk Itu Menembus Gelombang

Gambar
Biduk Itu Menembus Gelombang ( Bagian 5 ) Oleh Kang Bari Pukul tiga dini hari Salamah telah terbangun dari lelapnya tidur malam, segera ia mengambil air wudhu. Salman putra pertamanya itu diselimuti agar tidak terjaga dari tidur saat ditinggal di ruang mushala. Ibu muda satu anak itu membentangkan sajada di ruang shalat, memakai mukena warna ping kesukaannya.  Beginilah cara dia menghadapi segala problematika kehidupan, mengadukan segala hal hanya kepada sang pemilik kehidupan.  Bagi istri Jumadi ini berharap kepada Allah pasti akan terkabullah tetapi berharap kepada selainya tunggulah kekecewaannya. Prinsip ini ia pegang kuat-kuat sehingga tidak pernah dia mengeluh dalam menghadapi gelombang yang menghempas bahtera rumah tangganya. Dia begitu tegar dan tabah. Pukul enam pagi saat mentari perlahan menampakkan wajahnya di ufuk timur, burung-burung pipit keluar dari sarang dan mengepakkan sayapnya. Salamah menenteng sebuah koper dan menjinjing tas serta menggandeng Salma

Biduk Itu Menembus Gelombang

Gambar
Biduk Itu Menembus Gelombang ( Bagian 4 ) Oleh Kang Bari Berada di samping adik sepupu yang mengemudikan mobil barang menuju pinggiran Kota Batam Jumadi tidak banyak bicara. Saat melihat anak-anak bermain disepanjang jalan yang dilewati, terbayang olehnya Salman anak pertama buah perkawinan dengan Salamah. Bayangan bocah lucu itu menari-nari di pelupuk mata, seakan-akan memanggil-manggil dan melambaikan tangan. Kemudian pergi bersama awan dan hadir lagi, suara khas balita itu hadir di ruang dengar dengan   jenaka dan manja. Lalu tangan kecil Salman menggenggam tangan ayahnya membimbing untuk mengambil mainan kesukaannya. Dengan manjanya anak itu naik ke punggung Jumadi yang merangkak seperti kesatria penunggang kuda, sambil memegang pedang mainan dari plastik yang dibelinya di pasar malam dekat rumah. “ Sudah nak, ayo turun ayah capek pulang kerja belum istirahat,” suara istrinya merayu sang buah hatinya untuk turun dari punggung Jumadi. Tetapi Salman merengek minta ta

Review Fiksi ( Sukreni Gadis Bali)

Gambar
Sukreni Gadis Bali (Review Fiksi) Oleh Kang Bari Judul                         : Sukreni Gadis Bali Penulis                      : A.A Pandji Tisna Penerbit                    : Balai Pustaka Tebal                        : vii +74 halaman; ilus 21 cm ISBN                        : 979-407-853—0 Ditulis ulang oleh    : Huri Yani ( disesuaikan untuk bacaan siswa SD dan SMP) Cetatakan                 : 2 Tahun Terbit             : 2007 Genre                        : Fiksi/umum Novel ini bercerita tentang kehidupan nyata dalam peradaban masyarakat Bali yang terkadang tidak tersentuh oleh media. Penulis mengungkapkan fakta yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dengan dikemas sedemikian rupa. Sehingga karya besar ini sedap untuk dinikmati, pembaca akan dibawa oleh penulis kedalam kehidupan yang benar-benar terjadi. Dimulai dengan menyajikan realitas masyarakat Bali kemudian menyuguhkan akan kesadaran dan jati diri manusia yang penuh dengan kelemahan.

Biduk Itu Menembus Gelombang

Gambar
Biduk Itu Menembus Gelombang ( Bagian 3 ) Oleh Kang Bari Mengenakan baju panjang warna coklat dikombinasi dengan kuning dan jilbab coklat muda wanita muda itu mengendarai sepeda motor metik memboncengkan buah hatinya. Meluncur di jalan beraspal di pinggiran Kota Argamakmur menuju jalan Husni Tamrin, kemudian berhenti di depan rumah bercat biru laut. Dialah Salamah istri Jumadi bertamu di rumah mertuanya, Salman anak satu-satunya itu mengikuti langkah ibunya menuju teras rumah kakeknya. Setelah salam muncullah wanita paruh baya dengan tatapan berbinar atas kehadiran cucu pertamanya, kemudian dengan cepat Salman sudah berada digendongan neneknya. Mereka bertiga kemudian masuk ke dalam rumah besar itu.  Salamah tidak menceritakan tentang kondisi rumah tangganya bahkan kepergian suaminya pun tidak ia ceritakan. Ia bermaksud menyelesaikan sendiri sebatas kemampuanya, dan ia yakin bahwa Allah akan menolongnya. Setelah membantu pekerjaan ibu mertua ia bertanya tentang pamanny

Biduk Itu Menembus Gelombang

Gambar
Biduk Itu Menembus gelombang ( Bagian 2 ) Oleh Kang Bari Salamah tak habis pikir membaca surat perjanjian itu, kenapa suaminya tega berbuat seperti itu. Kemudian ia mencoba menguasai diri dan menyuruh tamunya duduk di kursi tamu ruang depan. Tidak lama kemudian wanita muda itu menanggapi isi surat yang diantar oleh dua orang tamunya. “ Baik , Bapak-bapak...di surat perjajnian ini suami saya menjadikan rumah dan bangunan ini untuk jaminan hutang. Tetapi perlu bapak-bapak ketahui bahwa surat tanah dan bangunan ini bukan atas nama suami saya, tetapi atas nama saya sendiri,” papar Salamah panjang lebar di depan penagih itu. “ Maka saya tidak mau keluar dari rumah ini, karena ini bukan rumah Jumadi, suami saya” tegas Salamah. Kemudian Salamah menunjukkan surat-surat tanah dan bangunan itu kepada penagih tadi, mereka berdua mengangguk-angguk tanda setuju terhadap penjelasan tuan rumah. “ Lalu bagaimana dengan hutang Mas Jumadi ini Mbak?” tanya kedua orang itu hampir be