Celoteh Anak Rohingnya

Celoteh Anak Rohingnya
Oleh Kang Bari

Aku terbangun dari mimpiku, hidup rukun, damai penuh ceria dan tawa.  Menari kesejukan dengan irama kedamaian, berdendang lagu keadilan dan kesetaraan. Berkidung kemesraan bersair kebhinekaan. Mendadak, terbelalak, jiwaku sadar, nuraniku terbakar.
Kau berondong gubuk-gubuk reot dengan muntahan peluru juga mesiu, api membumbung membakar memusnahkan semua tanpa sisa. Ada apakah gerangan?
Hatiku bertanya jiwaku meronta, tetapi aku hanyalah bocah kecil yang tidak pernah kau dengar jeritanku, tidak pernah kau baca  resolusiku, tidak pernah kau lihat penderitaanku. Kau melihatku sebelah mata.

Aku tertegun legun, mataku nanar, wajahku pucat pasi, hatiku bagaikan disayat sembilu. Kutatap lekat derap langkah laskar negara terus merangsek membabi buta, memburu manusia tanpa rasa iba. Timah-timah panas melesat pesat laksana kilat, menembus tubuh-tubuh tua renta, kurus, pucat pasi. Tubuh-tubuh itu jatuh menggelepar meregang nyawa tanpa dosa. Darah bersimbah di tanah laksana tirta segara, mengalir membasahi bumi persada.

Bau anyir perseteruan membahana, memenuhi langit-langit cakrawala para penguasa durjana. Menyumbat indera penciuman para penggiat keadilan bayaran . Menutup penglihatan para pengamat kemanusiaan picisan.

Para Biksu dijajah nafsu, dibelenggu dendam kesumat, dikungkung keangkuhan, dirantai kebencian, dikerangkeng ambisi setan. Angkaramurka berkedok agama, menindas, menganiaya, menyiksa, menumpas, membunuh. Boca-bocah tidak berdosa diikat bagaikan anjing, dipermainkan bagaikan boneka, dicincang bagikan kacang sayur.

Lalu aku menoleh di pojok negeri, di pinggi-pinggir kali, di semak-semak belukar, di hutan belantara, dan di bibir pantai.
Gelombang pengungsi melintasi batasan negeri, mengarungi samodra laksana tsunami, menghempas, menyapu sebagian belahan bumi. Hendak kemana mereka pergi, mencari suaka diri?
Siapakah gerangan yang sudi memberi tempat berlindung bagi nyawa yang masih bersemayam dalam raga?
Ataukah menunggu tubuh lusuh itu menjadi tulang belulang berserakan di atas kapal-kapal ikan. Atau menunggu bocah-bocah malang itu meregang terpanggang di atas tumpukkan penderitaan bekepanjangan

Dimanakah hai para kampium Humaniora kau bersembunyi?
Dimanakah hai para jawara Hak Azazi Manusia kau simpan suaramu yang sumbang dan parau?
Dimanakah nuranimu kau sembunyikan sebagai manusia?
Bukankah kau juga manusia?
Apakah aku berdosa karena aku anak Rohingnya?

Argamakmur 4Januari 2018

#Tantangan ODOP 8#

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Abadi

Hamid

Pelukis