Postingan

Titip Rindu

Titip Rindu Oleh Kang   Bari Ku sematkan rindu di batas senja Diantara merahnya saga Terbang bersama kepak Sang Surya Menjemput sang Dewi purnama Berbilang sudah purnama tiba Berlalu rasa tiada terkira Membumbung angan kian melayang Mematri hati tiada bertepi Adakah dikau Dewi Purnama Merasa iba pada sang rasa Rindu ini kian menggebu Kutitipkan jua pada dirimu Girimulya, 07 Desember 2018.

Ku Temukan

Ku temukan Menapak jejak terseok langkah Menembus gelap pekat menghadang Memburu rindu di batas waktu Menanti jua harapan tiba Secercah sinar jingga membara Di ufuk timur engkau merona Menebar cahaya menembus buana Membuka pandang mata nan buta Insan mulia guru anak bangsa Mengeja aksara merangkai kata Membuka mantra ajian jawara Ka tiga belas pamungkas cerita Hotel Vista 4 Desember 2018

Kecerdikan Si Ahmad

🐏Kecerdikan Si Ahmad🐏 Pada saat musim kemarau seorang penggembala kambing * Ahmad) merasa kesulitan untuk mendapatkan rumput yang hijau kalau tidak boleh dibilang tidak ada sama sekali. Berpikir lama sang penggembala ini, mencari akal supaya kambing-kambing gembalaanya suka makan rerumputan yang kering kerontang di padang gembala. Mondar-mandir di sekitar kandang sambil memegang jidatnya yang sebenarnya tidak pusing. Sejenak pandanganya menatap plastik berwarna hijau di tumpukan sampah dekat kandang itu. Seketika matanya berbinar-binar, dari lisanya terucap"Alhamdulillah ada ide". Kemudian penggembala itu memungut plastik berwarna hijau itu dan merangkainya dengan tali sehingga menjadi semacam kaca mata. Barang yang sudah dirangkainya dengan tanganya yang cekatan sebanyak kambingnya. Kemudian dipasangkan pada  kambing-kambing gembalaanya. Dengan segera kambing-kambing itu dilepas dari kandang dan berlarian ke padang gembala. Rerumputan kering yang biasanya tidak dihira

Hamid

Gambar
Hamid Oleh   Kang   Bari Lelaki paruh baya dengan baju putih celana jean warna biru, duduk bersandar di pojok warung kopi . Sambil menikmati seduhan kopi hitam sesekali ia melempar pandanganya ke seberang jalan, di sana ia temukan seonggok   puing-puing bangunan. Ya di tempat itu dulu ada sebuah rumah mungil diantara bangunan yang lainnya. Di   rumah itu  ia pernah tinggal, mengukir hari-hari bersama belahan jiwa,  istri dan satu orang anaknya. Kenangan itu tiba –tiba muncul di ruang angannya, saat-saat terindah bersama orang-orang tercinta. “Ayah...ayah....” suara cadel Ahmad menyabut kedatangannya saat pulang dari kantor. Kemudian bocah mungil itu berlari menuju ayahnya lalu minta digendong, belum puas juga ia memintanya merangkak. Sudah bisa ditebak pasti ia naik ke punggung dan berpura-pura jadi seorang penunggang kuda yang mengelilingi ruangan tamu sampai ke dapur. Capek pun jadi hilang kalau sudah bersama Ahmad anak semata wayang itu. “Sudah ya nak turun, kud

Pelukis

Gambar
Pelukis Oleh Kang Bari "Amir...Amir," panggil Ibu dengan suara tinggi, namun belum juga anak itu menenuhi panggilan ibunya. "Amir...kenapa sih kamu diam saja, sudah berkali-kali Ibu memanggilmu," sambil menuju tempat dimana Amir sedang asyik menggambar. "Iya Bu..," jawab Amir sambil meneruskan tarian tangannya di atas kertas gambar. "Cepat ambilkan kayu bakar," teriak ibu Amir. Yang diperintah asyik melukis seorang kusir sedang duduk di atas delman sambil mengendalikan kuda. "Sebentar Bu, aku sedang menyelesaikan lukisanku. Kalau sudah selesai gambar ini aku arsir baru ku ambil kayu bakar," jawab  satu-satunya anak laki-lakinya itu. Begitulah Amir kalau ibunya memerintah sesuatu pekerjaan, ia selalu sibuk dengan tarian jemarinya di atas buju gambar. Menggambar merupakan hobi yang sangat ia sukai. Tidak ada waktu luang kecuali selalu dimanfaatkan Amir untuk melukis atau menggambar. Di ruang belajarnya berjajar sed

Teriakan Subuh

Gambar
Teriakan Subuh Oleh Kang Bari Hari masih gelap, karena baru saja Adzan Subuh berkumandang dari masjid sebelah rumah. Tiba-tiba teriakan mengejutkan warga di Jalan Kunyit. "Maling..maling....maling," suara itu keras sekali menggema di subuh itu. Beberapa warga yang hendak ke masjid akhirnya bebelok arah menuju sumber kejadian. Seseorang dengan lari kencang keluar dari gang yang cukup sempit dengan napas terengah-engah. Sementara di belakangnya menyusul beberapa orang dengan bersenjatakan pentungan terus berteriak maling. Yang diteriaki terus melaju meskipun sudah dikejar oleh beberapa orang,  namun tidak menyurutkan langkahnya. Rupanya ia masih punya nyali untuk menyelamatkan diri. Dengan kepiawaianya membaca situasi akhirnya pencuri itu hilang di kegelapan subuh itu. Para pemburu yang di belakangnya kehilangan lacak sehingga tidak menemukan jejaknya. Siang hari ketua Rt mengumpulkan warga untuk diajak musyawarah dengan agenda mengaktifkan kembali gerakan pengam

Berkelana

Gambar
Berkelana. Oleh Kang Bari Kupacu langkahku mengejar waktu, meburu hari melewati perbukitan melintasi desa di Pegunungan Bukit barisan. Membelah rimba belantara,menurun lurah ngarai. Hujan   rinai mengiringi langkah yang menggelitik karena tekad yang terbetik. Burung-burung sriti berkeliaran, berseliweran di antara   rimbunya dedaunan. Suara cericit burung pipit menghiasi senja di ujung bukit, terselip canda tawa elang gagah perkasa mengintai mangsa. Sesekali mataku mencuri pandang ke padang ilalang di tengah ladang, bersendau gurau singa mengejar mangsa, menari jenaka si   kancil jawara. Berpantun ria moyet dan kera diantara ranting pohon damar dan meranti. Tupai cerdik pandai melompat, melintas pohon jauh tak jadi. Siamang kembang bersenandung riang, si beruk rakus mengunyah pupus . Gajah berjalan gagah melintasi ladang dan sawah. Langkah kini sedikit terhalang,  melintas sungai , rawa dan danau. Menyaksikan indahnya teratai mekar, menikmati nyanyian katak jenaka