Pojok Kampung

Pojok Kampung
Oleh Kang Bari


Suara keributan menyeruak di kegelapan malam, kemudian berhamburan beberapa anak muda dari warung kopi sambil berteriak "Bangsat kamu". Tidak begitu jelas wajah-wajah mereka karena bulan pun belum menampakkan diri, sementara lampu jalan juga tidak menyala. Suara umpatan itu susul menyusul diiringi dengan suara pukulan dan tendangan.


Kegaduhan itu bukan hanya satu, dua atau tiga kali tetapi sudah berkali-kali terjadi. Sehingga seolah-olah tidak ada malam tanpa keributan di warung kopi itu. Setiap kali terjadi keributan hampir dipastikan ada yang luka atau cidera. Tetapi para pengunjung warung itu kelihatannya tidak ambil pusing, setiap malam masih juga ramai.


Kegaduhan malam itu sudah berlangsung hampir setengah jam, tetapi belum  juga ada tanda-tanda mereda. Bahkan suasana semakin kacau, saling serang diantara mereka terus saja berlangsung. Nampaknya melibatkan dua kelompok anak muda  yang berseteru malam itu. Sesekali terdengar rintihan dari pelaku kerusuhan karena terkena tendangan lawannya.


Kegaduhan malam itu dipicu oleh saling ejek diantara mereka  lewat medsos. Di warung itulah mereka yang saling menghina di dunia maya itu bertemu, entah kebetulan atau memang sudah direncanakan sebelumnya.


Awalnya datang  empat anak muda berkendaraan 2 sepeda motor kemudian masuk dan memesan kopi.
"Kopi ya Pak," pesan anak muda yang mengenakan jaket kulit warna hitam bergambarkan tengkorak di punggungnya.
"Iya Den, kopi plus ya?," jawab pemilik warung itu sambil mengelap cangkir yang akan dituangi bubuk hitam itu.
"Biasa Pak Uncu, kayak pelanggan baru saja pakai ditanya segala," jawab anak muda yang kelihatanya kepala geng.
Dengan cekatan pria yang dipanggil pak uncu itu meracik kopi yang dipesan pelangggannya. Sejenak kemudian sudah terhidang 4 cangkir kopi yang mengepul asap dan aromanya. Keempat anak muda itu dengan santainya nenikmati kegearan kopi.


Tidak lama berselang datanglah sekelompok anak muda lainnya dengan iring-iringan 4 sepeda motor dengan suara kenalpot seperti suara sinsaw. Mereka menerobos masuk warung kemudian mengambil tempat duduk yang berseberangan dengan kelompok pertama yang sudah menikmati kopi di warung itu.
"Kopi Pak Uncu 8, plus ya!" Teriak anak muda yang rambutnya dikucir dengan warna semir ungu. Kemudian mereka menyulut sebatang rokok,menghisapnya dalam-dalam, menghebuskan ke udara dengan santainya. Sekejap kemudian ruangan itu dipenuhi asap rokok yang  memutih laksana kapas. Tidak lama  kemudian pemilik warung itu menyajikan kopi yang mereka pesan.


Dari sinilah awal pertengkaran itu terjadi karena mereka saling menyindir dan akhirnya merasa kesal dengan sindiran-sindiran itu maka terjadilah keributan malam itu.


#DAYS3
#30DWC
#ONE DAY ONE POST

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Abadi

Hamid

Pelukis