Kemarau

Kemarau
(Tamat)
Oleh Kang Bari


Jadi pengungsi di rumah sendiri, itulah gambaran penduduk kampung kami malam ini. Gempa susulan terus saja terjadi meskipun hanya dalam skala kecil, sehingga memaksa warga tidur di halaman dengan peralatan seadanya. Diselimuti kegelapan dan dinginnya angin musim kemarau malam itu dilewati seluruh warga menanti datangnya pagi. Ketika fajar menyingsing semburat jingga di ufuk timur sinar mentari menyapu lembut pemukiman kami yang ternyata banyak bangunan yang rata dengan tanah akibat gempa tadi malam. Rumah-rumah permanen hancur terjungkal, rumah-rumah papan reyot tidak menentu lagi bentuknya. Sungguh pemandangan yang sangat memilukan.

Di sana-sini terjadi retakan tanah yang memanjang mengular seperti sungai dari pemukiman warga melintasi sawah dan perbukitan. Beberapa bagian ngarai  yang terjal juga terjadi longsor. Demikian juga retakan tanah itu melintasi tempat tinggal Abah Sabariman, bahkan sangat dekat dengan masjid. Tetapi keajaiban terjadi di tempat tokoh agama ini, tepatnya di sumur masjid samping Abah. Sumur yang sudah berbulan-bulan kering itu tiba-tiba menyemburkan air dari dasarnya sehingga sumur itu penuh bahkan meluap layaknya sumur artesis. Berita ini segera tersebar dari mulut ke mulut ke seluruh penjuru kampung. Bagaikan mendapat durian runtuh, warga kampung bersuka cita menyambut kabar itu.

Sebagai seorang tokoh Abah sangat bijak dalam mensikapi ini. Maka segera  ia kumpulkan beberapa tokoh masyarakat dan pemuda untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi saat pengambil air. Ia begitu santun dalam berbicara dan sopan dalam bertindak sehingga setiap kata-katanya dan tindakanya senantiasa menjadi teladan bagi warga.  Abah memimpin rapat bersama beberapa tokoh masyarakat dan pemuda. Setelah salam kemudia beliau emlanjutkan bicaranya.
“Begini bapak-bapak sekalian, karena air ini jadi barang langka untuk sementara di kampung kita, maka karena ini Allah memberi kita kemurahan, saya berharap kita semua bisa mensyukurinya. Oleh sebab itu supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan maka saya mengundang bapak-bapak dan saudara-saudara sekalian untuk membicarakan bagaimana caranya warga bisa mendapatkan air dengan tanpa ada yang terdolimi,” demikain nasehat Abah di pertemuan itu. Akhirnya dibentuklah semacam petugas yang mengurusi pembagian air secara grtais.

Kemudian  berbondong-bondonglah warga  membawa jeligen menuju sumur Abah. Sehigga antrian panjang pun terjadi, meskipun demikian tidak terjadi keributan. Mereka mendapat air sesuai dengan jumlah anggota keluarga mereka, setiap satu orang diberikan air sebanyak sepuluh liter dalam sehari. Begitulah keadaaan itu berlangsung, memang sebuah keajaiban ternyata air sumur itu tidak pernah kurang. Sehingga sedikit terpenuhilah kebutuhan air bersih warga kampung. Mulailah nampak geliat warga untuk beraktifitas membersihkan puing-puing bangunan akibat gempa. Mereka sudah tidak lagi  dilanda kehausan untuk esmentara waktu. Karena sumur di masjid Abah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Satu hal lagi yang terjadi adalah setelah sumur masjid menyemburkan air dan mampu memenuhi kebutuhan warga maka timbul kesadaran warga untuk pergi ke Masjid. Setiap dikumandangkan adzan kegiatan pembagian air dihentikan. Semua  petugas dan warga mengikuti shalat berjamaah di Masjid. Sungguh ini pemandangan yang sangat mengharukan serta belum pernah terjadi sebelumnya. Abah Sabariman dengan sabar senantisa memberikan nasehat dan petuah seusai Shalat Maghrib hingga masuk waktu Shalat Isya. Masyarakat juga antusias untuk mendengarkan wejangan-wejangan beliau yang tidak terkesan menggurui.

Tiga minggu sudah sumur masjid menjadi pusat kegiatan warga, kekompakan dan kerukunan semakin terjalin dengan erat. Hilanglah sifat ego dan muncullah sifat solidaritas yang tinggi diantar warga kampung. Ketika sang mentari meninggi meninggalkan waktu duhur, tiba-tiba mendung berarak di atas langit menaungi kampung kami. Awan semakin gelap diiringi sedikit kilat menghiasai langit saat itu.  Seluruh warga berharap dengan sangat mendung itu berubah menjadi hujan. Titik-titik air mulai jatuh menyentuh bumi, semakin lama titiktitik air itu semakin banyak. Dalam hitungan menit turunlah hujan yang cukup lebat membasahi bumi yang kering kerontang. Sirnalah hamparan debu bersama hilangnya kecemasan warga  akan bahaya kekeringan yang telah melanda berbulan-bulan lamanya. Wajah-wajah penuh harap menghiasi rona penduduk kampung dengan turunya hujan di sore itu. Berharap pula gunung yang telah menjadi bukit gersang itu berangsur pulih kembali menjadi hutan yang penuh sumber hayati. Juga harapan kampung kami menjadi pemukiman yang menghijau penuh ketenteraman. Sujud syukur warga mengiringi kehadiran hujan yang perdana selama sepuluh bulan terakhir.
Tamat.
*DAYS 10
#30 DWC

#ODOP

Komentar

  1. hujan selalu membawa berkah, asal qt selalu bersyukur dan menjaga alam...

    BalasHapus
  2. Hujan selalu dinanti untuk datang disaat yg tepat.

    BalasHapus
  3. Lucky Eagle Casino & Hotel - KAYAK - JTAH
    Lucky Eagle Casino 안산 출장안마 & Hotel is a family-owned 남원 출장안마 casino 삼척 출장샵 and 삼척 출장안마 hotel located 강원도 출장안마 on the beautiful Strip of Yucatán, Mexico. Enjoy a variety of gaming,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Abadi

Hamid

Pelukis