Derita Pertiwi

Derita Pertiwi
Oleh Kang Bari

Suara mesin menderu-deru, laksana genderang perang. Menguliti lapis demi lapis permukaan tanah,  menumbangkan pohon-pohon rindang. Menggusur bukit-bukit bebatuan, mencakar-cakar batu cadas yang keras.  Membelah rimba belantara, mengusir para penghuninya. Mengaduk aduk perut bumi, merobek keperawanan pertiwi.

Demi mengejar nafsu dan ambisi, menguras nikel, perak, batu bara, tembaga, emas juga besi. Barang tambang jadi buruan, harta karun bukan hanya dongengan. Berjibun uang didapatkan, dari pundi-pundi bahan galian. Tak peduli dengan kelestarian lingkungan, sumber hayati tak dihiraukan.

Polusi kini di sana-sini, mencemari air, udara, dan tanah ini. Buang limbah seenak sendiri, membuang sampah tanpa kendali.

Setelah puas kau gagahi Pertiwi, ringan kaki kau tinggal pergi tanpa permisi. Tinggal luka disekujur tubuhnya. Lubang-lubang menganga laksana Kawah Candradimuka. Bukit tandus dan hamparan tanah gersang tak terurus. Di kedalaman meternya hampir  seratus.

Janji kejayaan terucap sudah, saat tawar-menawar harga tanah. Kini Pertiwi semakin bimbang, melihat lubang menganga membentang. Hamparan bukit yang kian sakit, hutan belantara tinggal cerita. Tanah subur tinggal kenangan, tanah tandus jadi kasunyatan. Pertiwi kini menanggung luka, terseok-seok jalan ke muka.

#DAYS 11
#30 DWC
#ODOP

Komentar

  1. sedih melihat bumi sakit
    namun sang bumi pertiwi masih tabah mempersilahkan kankernya untuk tinggal dan menggerogoti dirinya sendiri.

    BalasHapus
  2. prosa liris ini ya, keren.. ada "kesunyatan" itu apa artinya ya?

    BalasHapus
  3. Bapak prolisnya keren. Diksinya mantep, maknanya dalem. Ikutan sedih bacanya :'(

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Abadi

Hamid

Pelukis