Seindah Pelangi

Seindah Pelangi
Oleh Kang Bari

Ini adalah bener-benar sebuah ujian. Apa lagi bagi Hardi seorang petani kecil dengan luas sawah hanya 2.500 meter persegi , dengan beban hidup seorang istri dan tiga orang anak. Itulah satu-satunya sumber penghidupan yang dimiliki dan  merupakan warisan dari orang tuanya. Tanaman padi yang pada awalnya sangat bagus pertumbuhanya, menjelang berbunga tiba-tiba datang serangan hama tikus putih. Ribuan hewan pengerat itu  menyerang areal persawahan di Desa Suka Maju, berbagai upaya telah dilakukan oleh kelompok tani di desa tersebut. Mulai dari penggrebekan atau berburu masal, memasang lem bahkan sampai dilakukan  pengasapan terhadap sarangnya. Tetapi hasilnya tidak siknifikan dengan yang diharapkan oleh para petani.

Kerugian petani di Desa Sukamaju akibat puso oleh hama  ini mencapai milyaran rupiah, sebab lahan persawahannya mencapai 1.200 hektar. Hal ini juga diperparah dengan harga pupuk yang mahal akibat dicabutnya subsidi pupuk dan sarana produksi lainya oleh pemerintah. Begitulah menurut keterangan Pak Hamid selaku kepala desa.

Selain bertani sawah penduduk desa ini sebagian besar juga berternak bebek,demikian juga halnya dengan Hardi. Ia memiliki 300 ekor hewan air ini, dengan rincian yang 140 sudah bertelur dan sisanya masih bujang. Usaha ternaknya ini dipercayakan kepada anak tertuanya yang masih duduk di kelas 12 Madrasah Aliyah di   kota Argamakmur, yang  tidak jauh dari tempat tinggalnya. Tetapi dengan kondisi pertanian yang gagal panen juga berpengaruh terhadap usaha ternaknya. Karena  bahan pakan dedak yang biasanya tidak membeli sekarang harus mendatangkan  dari daerah lain dengan harga yang cukup mahal. 

Bersama dengan dua orang adiknya yaitu Fahmi dan Furqan,  Ahmad anak tertua Hardi ini menggembalakan hewan piaranya tiga hari sekali di sungai desa tersebut sepulang sekolah.  Memang bebek itu mereka  kelola dengan sistem kandang dan gembala untuk menghemat biaya, terlebih lagi ini musim paceklik. Mereka sangat menikmati pekerjaan yang diamanahkan oleh ayahnya, meskipun harus telanjang kaki saat menggembala. Karena bebatuan di sungai yang sangat licin, kalaupun memakai sandal jepit maka akan selalu ditenteng. Hidup sederhana senantiasa ditanamkan oleh Hardi terhadap anak-anaknya.

Sederhana bagi Hardi bapak tiga anak ini bukan identik dengan kumal dan  lusuh. Selain petani ia juga merupakan salah satu pengajar di sebuah pondok pesantren terkemuka di pinggiran kota Argamakmur.  Karena dia juga merupakan alumni dari lembaga yang sama  periode 20 tahun yang lalu. Beliau terkenal sebagai ustad yang senantiasa berpenampilan rapi dan satu-satunya ustad yang selalu memakai celana panjang alias tidak bersarung. Pada peringatan hari santri tahun ini dia terpilih sebagai ustad terpaforit pilihan santri dan di juluki ustad aroma melati. Selidik punya selidik ternyata memang beliau selalu memakai parfum itu, ini hasil telusur ketua osis dan timnya  kepada istri tercinta ustad.

Bagi Hardi menjalani hidup itu ibarat air mengalir, terkadang lancar terkadang juga harus mengendap di lembah yang cukup dalam. Riak-riak perjalanan kehidupan senantiasa dihadapi dengan khusnuzon, sembari mencari celah penyelesaian. Bercengkerama dengan keluarga merupakan saran unutuk saling memahami hubungan antar orang tua dan anak , demikian juga sebaliknya. Sore itu setelah solat Asar mereka sekeluarga duduk di beranda rumah sambil menikmati pisang goreng hasil olahan istrinya, sementara rintik hujan mulai turun. Mentari di ujung barat perlahan menuju keperaduanya, sinarnya menembus butiran rintik hujan. Suasana ceria keluarga Hardi terpancar dari canda  tawa saat berkumpul. Kegembiraan itu begitu indah laksana pelangi yang muncul diawal senja itu.

#Tantangan ODOP#Lima Kata Kunci




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nenek Bariyah Wanita Tangguh

Hamid

Pelukis