Biduk Itu Menembus Gelombang
Biduk Itu Menembus Gelombang
( Bagian 1 )
( Bagian 1 )
Oleh Kang Bari
Seperti disambar petir disiang
bolong, seolah-olah tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dua orang dengan
wajah sangar sedikit kasar tutur katanya kalau tidak boleh dibilang tidak sopan
datang bertamu. Dengan menunjukkan surat perjajian hutang piutang antara
suaminya dan pihak kedua pemberi pinjaman. Lalu kedua tamu itu mengusir Salamah
wanita muda pemilik rumah, yang masih terbengong-bengong. Mulutnya terkunci,
wajahnya cemas tak satu katapun terucap dari lisannya. Butiran bening mengalir
dari sudut matanya membasahi pipi yang terlihat kemerahan. Sambil memegang
surat yang diberikan tamunya itu ia berjalan hilir mudik di ruang tamu kemudian
keluar dan masuk lagi.
Inilah satu-satunya kekayaan yang
ia miliki dan merupakan pemberian orang tuanya tiga tahun yang silam. Enam bulan setelah pernikahannya dengan Jumadi,
ayah Salamah memberikan hadiah rumah ukuran 6 x 9 meter ini. Di tempat inilah
mereka berdua memulai mengarungi biduk rumah tangga dan dua tahun yang silam
lahirlah anak pertama pasangan muda ini. Hari-hari dilalui dengan penuh
kebahagiaan sebagaimana layaknya pasangan baru suami istri. Canda tawa
senantiasa menghiasi rumah pasangan muda ini di kawasan pemukiman padat penduduk di
pinggiran Kota Argamakmur. Kegembiraan itu semakin bertambah dengan hadirnya
Salman anak pertama yang lahir di bulan Desember.
Jumadi ayah Salman adalah pemuda
yang rajin beribadah dan tekun bekerja, bertemu dengan Salamah pada saat mereka
berdua sama-sama bekerja di salah satu perusahaan di kota itu. Menjalin
persahabatan selama kurang lebih tiga bulan dan merasa cocok akhirnya orang tua
Jumadi melamarnya. Bak gayung bersambut, orang tua Salamah pun menerima lamaran
itu. Satu bulan setelah lamaran berlangsunglah acara pernikahan keduanya.
Waktu yang sangat singkat untuk menuju bahtera rumah tangga, tetapi memang
itulah kehendak kedua belah pihak.
Satu tahun usia pernikahan
mereka, Salamah memutuskan untuk berhenti bekerja karena usia kandungannya sudah
memasuki bulan kesembilan. Hal inipun atas persetujuan Jumadi suaminya,
sehingga otomatis penghasilan pun berkurang. Namun demikian mereka berdua saling
menyadari akan keadaan ini. Enam bulan setelah kelahiran Salman, Salamah membuka
usaha berjualan secara online. Usaha barunya ini ia tekuni juga atas restu
suaminya, sehingga mereka berdua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Berkat
ketekunan dan dorongan suami, usaha ini berkembang pesat. Bahkan sekarang di
samping rumah utama sudah ada garasi dan juga bertengger kendaraan roda empat.
Kesibukan Salamah bisnis online dan mengasuh Salman sedikit membuatnya kurang perhatian terhadap suami.
Hari-hari mereka lalui dengan rutinitas tanpa ikatan kasih sayang sebagaimana awal pernikahan mereka berdua. Sementara Jumadi sering mencari kesibukan di
luar dengan teman-teman yang bisa memberikan kepuasan dirinya. Ia hanyut
dengan judi online, yang sebenarnya berawal dari iseng utuk mencari hiburan.
Uang gaji pun habis dan bahkan sekarang terjebak dengan rentenir yang jumlahnya
sudah mencapai ratusan juta rupiah. Sudah dua hari ia tidak berani pulang ke
rumah dan tidak memberi kabar kepada istrinya. Di perusahaan tempat kerja pun
juga dia absen.
Bersambung ...
Bersambung ...
Ngeri banget tuh laki
BalasHapusMasih ada typo pak
Makasih mbk Wid....insya Alloh dah dperbaiki
HapusCeritanya sudah tamat kah, pak?
BalasHapusBelum...tp episode yg ini sudah
HapusBagus, Pak. Tapi bertuturnya seperti sinopsis. Atau sengaja tanpa dialog?
BalasHapusSengaja bgt...di episode berikutnya ada sedikit dialog
Hapus