Stetes Embun

Setetes Embun
( Bagian 1)
Oleh Kang Bari


Lelaki muda berkulit kuning langsat , postur atletis memakai topi warna oren itu sibuk dengan membongkar mesin motor bebek paisenya hampir dua jam, mengenakan pakian kerja warna biru dongker dengan sepatu warna hitam. Sesekali menyeka keringat yang mengalir di kening sebelah kanan dengan handuk kecil  yang disimpan pada saku celana bagian samping lutut. Dia duduk di kursi bulat dari plastik sambil terus memainkan kunci-kunci bengkelnya sembari mencabut baut yang sudah terlepas dari tempatnya kemudian menyimpan di  kotak persegi panjang dekat kursinya. Dibagian sudut ruangan yang lain teman-temanya juga sibuk dengan pekerjaanya sendiri.

Sejenak kemudian lelaki itu berdiri menghampiri dispenser yang ada di sudut ruangan  kemudian menuangakn air mineral kedalam gelas lalu diminumnya. Seusai minum ia melihat jam tangan pada pergelangan tangan kiri ternyata sudah menunjukkan pukul 11.40 menit. “Oh, sebentar lagi masuk dhuhur ya,” gumamnya. “Bapak-bapak waktunya kita solat,” serunya kepada teman-teman pekerja di bengkelnya. Kemudian lelaki itu melepas sarung tangan lalu mencuci tangan di kran air sejenak kemudian ia masuk ke dalam rumah dan melepas pakaian kerja lalu mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Sang istri sudah menyiapkan pakain yang biasa dipakai untuk pergi ke masjid.

Beberapa menit kemudian terdengar suara adzan Dhuhur dari masjid yang tidak jauh dari bengkel. Lelaki itu berjalan menuju masjid dengan mengenakan jubah warna biru tua  dan peci warna putih. Bau minyak kasturi menyeruak dari badan lelaki itu. Langkahnya mantap penuh wibawa, dengan jambang yang dipelihara rapi dan janggut sedikit panjang dan jidad seidikit kehitam-hitaman menambah karismatik. Sesampainya di teras masjid lelaki itu merapikan sandal dan sepatu jamaah yang berserakan sehingga terlihat rapi dengan tidak canggung. Beberapa jamaah yang baru menyaksikan dengan agak terheran-heran, siapa lelaki yang dengan ringanya merapikan sandal para jamaah itu. Terasa aneh dan penasaran terhadap sosok pria paruh baya itu.

Muadzin telah selesai mengumandangkan panggilan solat, lelaki paruh baya dengan jubah biru itu masuk masjid mengambil posisi di barisan depan tengah kemudian menunaikan solat sunat dua rakaat. Demikian juga jamaah yang lain juga sedang menunaikan solat sunah dua rakaat. Setelah semua jamaah selesai menunaikan solat sunah maka muadzin mengumandangkan iqomah tandanya solat dimulai.  Lelaki paruh baya itu maju ke mihrab dan bertindak sebgai imam, suaranya begitu berwibawa saat takbiratul ihram.

Seusai solat duhur jamaah tidak pada pulang, mereka duduk rapi bersap-sap memenuhi ruangan utama masjid. Lelaki paruh baya yang menjadi imam tadi kemudian membalikkan badanya menghadap jamaah dengan melempar senyum. Sejenak kemudian pengurus masjid menyampaikan pengumuman bahwa pengajian siang ini akan di isi oleh Ustad. Furqan, yang tiada lain adalah imam solat dhuhur tadi.  Sebelum ustad menyapaikan materi kajian , acara dimulai dengan pembacaan ayat suci AlQran dan sambutan pengurus masjid Al-Amanah.

Dalam uraian materinya yang disampaiakn dengan gaya dan bahasa yang sangat memikat jamah, karena memang beliau sangat piawai dalam mengemas bahasa.  Ustad lulusan Timur Tengah itu  menyampaikan kewajiban muslim terhadap Islam itu sendiri. Menurutnya setidaknya ada 4 kewajiban muslim terhadap Islam, yaitu:
Pertama adalah , setiap muslim wajib meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar di hadapan Allah SWT, sehingga memiliki kekuatan aqidah.
Kedua adalah , setiap muslim wajib mempelajari Islam dengan baik dan benar  dari sumber yang akurat yakni AlQuran dan As-sunnah, sehingga tidak terjebak pada pemahaman agama yang ikut-ikutan buta.
Ketiga, adalah bahwa setiap muslim wajib mengamalkan ajaran Islam dalam setiap lini kehidupan, sehinga melahirkan masyarakat yang Islami atau sering disebut masyarakat yang Madani.
Keempat adalah, bahwa setiap muslim wajib memperjuangkan Islam sehingga Islam mencapai kejayaanya kembali.

Empat puluh lima menit sudah kajian Islam siang itu, tak satupun jamaah yang bergeming dari tempatnya semula, semua terpukau dengan kepiawaian Ustad Furqan. Acara ditutup dengan doa yang dipimpin langsung oaleh beliau sendiri. Saat memimpin doa beliau membawakan dengan suara yang berwibawa dan sangat menyentuh hati, sehingga hampir semua jamaah menangis sesenggukan. Hal ini menambah syahdunya acara kajian rutin di masjid Al-Amanah siang ini.

Satu-persatu jamaah mulai meninggalkan area masjid, beberapa orang bapak menghampiri Ustad. Furqan saling berpelukan dan seolah-olah tak mau meninggalkan tempat itu. Ketika beliau akan beranjak meninggalkan masjid tiba-tiba terlihat seorang ibu yang usianya sudah tidak muda lagi. Ibu ini menunggu ustad di teras masjid dekat tempat sandal dimana Ustad Furqon menyimpan sandalnya.

Melihat seorang ibu yang sedari tadi kelihatan menunggunya, Ustad Furqan langsung memberi salam,”Assalamu,alaikum wr wb,” seraya bertanya pada ibu itu, “ Ada apa ibu , ada yang bisa saya bantu ?”  kemudian ibu itu mendekat Ustad Furqan.  Awalnya kelihatan ragu, tetapi setelah didahului salam oleh Ustad, ibu itu jadi berani juga.
“ Wa’alaikumus salam wr wb,”  suara ibu itu terdengar agak tertahan.
“ Maaf Pak Ustad saya ada masalah, mungkin Bapak bisa membantu saya, lanjut ibu itu.
“ Insya Allah bisa Ibu, bagaimana kalau Ibu kerumah saya saja,” jawab ustad sambil menunjuk rumah beliau.
“ Biar ibu lebih leluasa menyampaikan masalahnya, bisa kan Bu?” tandasnya lagi.
Ibu itu mengangguk tanda setuju terhadap permintaan sang ustad.
Kemudian Ustad Furqan berjalan menuju rumah yang sekaligus bengkel tempat ia mengais rizqi setiap hari.  Ibu paruh baya itupun mengukuti langkah Ustad Furqan yang memang tidak jauh dari masjid itu.


Bersambung... 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nenek Bariyah Wanita Tangguh

Hamid

Pelukis