Setetes Embun

Setetes Embun
( Bagian 11 )
Oleh Kang Bari

Beberapa langkah perjalanan Ustad Furqan menembus gelapnya malam di bawah pepohonan beringin danyangan Dusun Gunung Cilik, tiba-tiba berkelebat bayangan hitam  melompat dari atas dahan. Seketika menghentikan langkah mereka bertiga, secepat itu pula ustad ini memasang kuda-kuda.
“ Berhenti Ahmad, Arif,” teriak ustad kepada kedua temanya. Segera mereka berdua mengikuti perintah ustad itu. Melihat tanda-tanda tidak baik, segera ia memerintahkan kepada ahmad.
“ Ahmad ! bawa Arif menjauh dari tempat ini,” sergahnya. Segera ia  membimbing Arif menjauhi tempat itu dengan tertatih-tatih. Merasa sudah aman, mereka berdua berhenti sambilmenyaksikan apa yang sedang dialami oleh yang di kawalnya tadi.

“ Barhenti hai anak muda!” perintah bayang-bayang hitam yang mengenakan tutup kepala hingga cuma mata dan hidungnya yang terlihat.
“ Apa urusanya kamu menghentikan langkahku?” jawab sang ustad.
“ Jangan banyak bertanya,” jawabnya kembali.
“ Baiklah apa maumu, ayo majulah kalau memang kamu jantan,” tantang ustad muda itu.
Secepat kilat bayangan hitam itu melompat sambil melepaskan tendangan yang kuat ke arah tubuh ustad muda itu. Secepat itu pula yang diserang menghindar dari serangan musuhnya.  Dengan menyia-nyiakan waktu tiba-tiba bayangan itu kemudian menyerang lagi, kali ini sasaranya adalah perut Furqan. Dengan cepat jurus itupun di tepis oleh ustad dengan sangat baik, kemudian ustad muda itu berganti menyerang lawanya. Jurus yang mematikan membuat bayangan hitam itu semakin tmembuat lawanya menghindar dan terus mundur hingga akhirnya tersudutkan di bawah pohon beringin yang besar.

Tiba-tiba berkelebat bayangan menyerang dari samping, insting pendekar ustad yang membuatnya luput dari serangan orang kedua yang ternyata beliau sudah malang melintang puluhan tahun  di dunia persilatan. Dengan cekatan dia menundukkan badan kemudian mengabil posisi jongkok, lawan yang berada di depanya dengan cepat pula meloloskan diri. Mereka berdua merapat menyusun kekuatan untuk melawan ustad muda itu.

Dalam keremangan sinar rembulan terlihat dua orang itu mencabut senjata yang terselip di pingangnya. Tiba-tiba muncul cahaya dari senjata yang di pegangnya nampak jelas salah satu dari senjata itu berupa keris, mengeluarkan cahaya seperti api yang menyala berkobar-kobar ketika keris itu diacungkan ke atas. Yang satunya lagi berupa cambuk dan dengan cambuk itu kemudian di lecutkan ke arah langit dan juga menimbulkan suara dan  cahaya yang terang.

Menyadari kedua musuhnya menggunakan kekuatan magis maka sang ustad segera berkonsentrasi dengan apa yang ada di hadapanya. Selain jurus-jurus jitu dari ilmu bela dirinya juga ia memohon pertolongan dari Allah S W T, lisanya mulai melantunkan ayat-ayat Al-Quran. Sekejap kemudian dua orang itu menyerang dengan waktu yang bersamaan, yang satu melompat sambil menghujamkan keris  dan satunya melompat sambil mengayunkan pukulan cambuk. Ustad yang juga seorang pendekar itu mengokohkan kuda-kudanya kemudian membungkkan badan lalu melesat  diantar dua musuhnya itu, sejenak kemudian keduanya  berbenturan diantara merekan dan tersungkur ke tanah. Mereka kembali bangkit dan menyerang lagi sambil berteriak, “ Ajian keris setan kober!” lalu dari kerisnya  mengeluarakan api yang memanjang dan mengejar ustad muda itu.

“ Allhu Akabr...Allahu Akbar...Allahu Akbar,” suara rakbir meluncur dari lisan sang ustad sambil melompat mengindarai jilatan api itu tetapi musuhnya pun tak mau ketinggalan, seranganpun terus dilancarakan.  Kali ini ustad muda itu berdiri kokoh diatas kuda-kudanya yang sudah terlatih dan lisanya melantunkan ayat Kursi seraya memohon kepada Allah SWT, jilatan api dari keris musuh yang seakan-akan hendak membakar tubuhnya itu tiba-tiba padam. Bersamaan dengan itu terdengar suara jeritan mpunya keris itu dan jatuh terkaparl di tempat dia tadi berdiri.

Menyadari pasanganya jatuh maka temanya langsung mengayunkan cambuknya, tidak kalah serunya ternyata juga mengeluarkan api yang menggulung-gulung seakan-akan hendak menelan tubuh ustad itu. Tetapi sang pendekar itu sudah memasang jurus yang juga tidak kalah ampuhnya dengan jurus lawan. Bertumpu diatas kuda-kuda yang tangguh tangan dilipat di dada serta lisan basah dengan lantunan ayat-ayat alquran  maka terjadilah pertarungan yang sangat seru. Bertemunya kekuatan syaitan dan kekuatan tauhid, sementara Ahmad dan Arif menyaksikan dari kejauhan bertemunya dua kekuatan itu. Kekuatan yang bersumber dengan mengagungkan Allah SWT yang diperankan Ustad Furqan  dan kekuatan yang bersumber kepada pengabdian terhadap syaitan yang diperankan oleh lawanya.

Beberapa saat kemudian dua kekuatan yang sedang bertarung itu terlihat hasilnya, tiba-tiba sinar yang keluar dari cambuk musuh padam dan pemilik cambuk itu terpelanting ke belakang. Tidak mau buruanya kabur segera ustad melumpuhkan lawanya, dengan sekali sambaran saja orang itu telah terpatahkan langkahnya dan berada pada penguasaannyaterlontar dari lisan Ahmad . Teriakan takbir terdengar keras dari lisan Ahmad dan Arif ketika menyaksikan kemenagan Ustad Furqan. Sementara sang pemilik keris telah terlebih dahulu lari meninggalakn arena pertarungan setelah menyadari kekuatan lawan bukanlah tandinganya.


Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Abadi

Hamid

Pelukis