Setetes Embun

Setetes Embun
( Bagian 6)
Oleh  Kang Bari


Ustad muda itu bergegas menuju rumah yang terdengar suara gaduh  teriakan dan jerit tangis, sementara di luar berkerumun para tetangga menyaksikan kegaduhan itu. Kemudian beliau bertanya  kepada salah seorang bapak yang ada diantara kerumunan warga,” Ada apa ini pak,”
“ Itu Seno anak Bu Sumarti mengamuk saat diobati Mbah Wiro,” jawab bapak itu.
“ Jadi ini benar rumah Bu Sumarti ya pak?” tanya ustad selanjutnya.
“ Iya betul Mas,” lnjut lelaki itu. Kemudian Ustad muda itu mnerobos kerumunan orang bayak menuju teras rumah. Setelah sampai di teras ia menyaksikan seseorang sedang mengamuk dan tiga lainya berusaha menghentikan langkahnya, sementara seorang yang sudah terlihat tua berdiri di pojok ruangan tampak gemetar ketakutan dan beberapa wanita paruh baya  menangis. Meja dan kursi berantakan, bara api juga berserakan di lantai rumah yang  berupa tanah liat. Bau kemenyan juga mneyeruak diruangan yang sudah acak-acakan itu begitu juga asapnya.    Ustad mengenal salah satu wanita itu adalah Ibu Sumarti yang tadi siang bertamu ke rumahnya.

Setalah mengucapkan salam ustad itu secepat kilat masuk rumah dan menyelamatkan Mbah Wiro yang sudah nampak pucat, karena menghadapi amukan Seno. Orang tua itu dibawa keluar ruangan agar terhindar dari amukan anak Bu Sumarti. Sementara Seno masih meronta-ronta dengan kekuatan yang luar biasa, warga hanya bisa menyaksikan dari luar rumah karena tidak berani mengambil resiko. Setalah mengamankan paranormal itu Ustad Furqan segera kembali masuk ke rumah, kali ini ia langsung membantu mengamankan pemuda itu.

Sementara situasi terkendali karena Seno sudah bisa diamankan dan  Mbah Wiro sudah dibawa keluar rumah. Setelah semua sudah tenang betapa terkejutnya Bu Sumarti ternyata yang membantu mengamankan Mbah Wiro dan anaknya tadi adalah Ustad Furqan. Menyadari hal itu kemudian ia mengucpkan,” Terima kasih Pak Ustad, kami betul-betul panik tadi.” Kemudin semua menenangkan diri, Seno masih dalam pegangan ustad muda itu. Istri Parto dan ibunya kemudian membereskan barang-barang yang berserakan di ruangan itu, demikian juga Parto merapikan kembali kursi dan meja yang berantakan karena diobrak-abrik keponaknya tadi.

Setelah situasi normal semua masuk dalam  di ruang itu, warga yang di luar juga ikut lega melihat Seno sudah tidak mengamuk lagi. Kemudian Parto mewakili adiknya memperkenalkan diri pada ustad muda itu. ” Kenalkan saya Parto kakak dari ibunya Seno ini,” ucap Parto sembari mengulurkan tangan yang juga disambut oleh Furqan.
“ Saya Furqan, dan ini Ahmad serta Arif,” balas ustad itu sambil menunjuk dua lelaki remaja yang ada di dekatnya.
“ Silakan duduk Pak Ustad dan mas berdua,” lanjut Parto. Kemudian mereka duduk dan ikuti oleh Ahmad dan Arif. Sementara Seno juga duduk di samping ustad itu, wajahnya nampak tegang pasca mengamuk.

“ Apa yang terjadi Pak,” tanya Furqa pada Parto.
“ Sebelumnya saya minta maaf atas nama keluarga Pak Ustad. Kami tadi juga minta tolong dengan orang tua kami Mbah Wiro sesepuh Dusun Gunung Cilik sini untuk mengobati Seno, saat proses pengobatan berlangsung keponakan kami mengamuk sehingga  kewalahan untuk mengatasinya, terjadilah seperti yang Ustad saksikan tadi,” jawab kakak Sumarti.
“ Untung Bapak tiba sehingga bisa teratasi ini semua, terima kasih banyak,” sambung  Parto sambil berkali-kali menundukkan kepala ke arah ustad muda itu.
“ Ini semua karena pertolongan Allah Pak, saya cuma perantara saja,” jawab Ustad Furqan merendah. Sementara Smarti mengeluarkan teh hangat untuk tamunya, kemudian  Parto mempersilakan minum.
“ Silakan di minum Pak Ustad dan mas-mas , sambil ngobrol.”
“ Iya terima kasih pak,” jawab ustad sambil mengajak Ahmad dan Arif menikmati teh hangat yang sudah disediakan tuan rumah.

Suasana jadi hening setelah tragedi mengamuknya Seno berakhir dengan dramatis, warga nampak antusias menunggu pengobatan yang akan dilakukan oleh ustad muda itu. Mereka sudah mendengar bahwa yang hadir ini adalah seorang ustad yang sudah biasa mengobati orang yang kesurupan seperti anak Sumarti ini. Semua berharap tidak terjadi kegaduhan seperti saat dilakukan pengobatan sebelumnya, warga sedikit was-was. Hal ini terdengar dari percakapan antar warga yang hadir di luar rumah Sumarti.

Setelah sesaat istirahat maka Ustad Furqan membuka pembicarana dengan Parto kakak Sumarti,” Begini Pak Parto, sebelum proses ruqyah kita mulai barang kali saya perlu jelaskan sedikit tentang ruqyah ini. Agar tidak menimbulkan salah penafsiran oleh yang menyaksikan dan juga saya berharap bisa menjadi pilihan dalam menyelesaikan masalah seperti yang dialami Seno ini,” demikian pesan Ustad Furqan.
“ Silakan Pak Ustad, kebetulan saya sendiri juga belum paham dan warga sekitar yang hadir juga cukup banyak biar bisa mendengar langsung dari Bapak,” sambung Parto.

“Assalaamu,alaikum wr.wb, bapak-bapak dan ibu-ibu yang hadir di sini sebelumnya saya mohon maaf, kalau sekiranya kurang berkenan apa yang akan saya sampaikan ini nanti,” ucapan ustad muda mengawali pembicaranya.
“ Insya Allah sebentarlagi kita akan mealakukan ruqyah terhadap anak kita Seno. Ruqyah itu adalah mengobati  orang yang sakit dengan membacakan ayat-ayat suci alquran atau sering di sebut ruqyah syar’iah. Jadi bukan yang lainya yang dibaca, bukan mantra ya bapak, ibu” lanjut Furqan
“ Ada beberapa syarat dalam ruqyah, yaitu pertama, semua yang hadir dalam ruangan yang digunakan untuk meruqyah itu harus menutup aurad dan dalam kondisi berwudu. Yang kedua, semua gambar hewan, orang atau makhluk hidup harus di tiadakan,” demikian penjelasan ustad.
“ Lalu  semua orang bisa dan boleh melakukan ruqyah syar’iayah ini.” Tandas Furqan
“ Syarat yang lainya apa Pak?” tanya Parto sembari melanjutkan,” Seperi kembang, minyak wangi atau apa gitu?’ lanjut Parto.
“ Ruqyah syar’iyah tidak memerlukan syarat yang seperti itu Bapak,” tandas ustad Muda itu.
“ Bagaimana bisa dipahami bapak dan ibu?,” tanya Ustad Furqan.


Bersambung.......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Abadi

Hamid

Pelukis