Seberkas Cahaya
Seberkas Cahaya
Terdengar salam aku bergegas membuka pintu, ternyata Pak Ketua RT.
Setelah masuk, kemudian dia duduk dan menyampaikan kabar
bahwa ada salah satu warga yang meninggal dunia. Berita itu segera menyebar ke seluruh
pelosok desa. Segala keperluan untuk mengurus jenzah pun di persiapkan oleh
keluarga dekat dan warga sekitar. Dari menyiapkan air untuk memandikan, kain
kafan, membuat roncean bunga , beras
kuning, menumbuk kapur barus dan juga membuat peti mati. Sudah menjadi tradisi
di desa semua dikerjakan dengan gotong royong. Bahkan sampai menggali liang
kubur pun dikerjakan bergantian antar RT yang berdekatan. semua berjalan secara
otomatis seperti aliran air saja. Seluk-beluk persiapan di rumah dilakukan oleh
kaum hawa, mereka lebih peka dengan
situasi yang seperti ini dan lebih sigap dibandingkan bapak-bapak.
Dalam hitungan menit rumah duka dipenuhi para takziah, yang
hadir ikut memberikan ucapan duka cita. Sanak-kerabat dan handai-taulan hadir
karena ini penghormatan terakhir. Prosesi memandikan jenazah dimulai , karena
yang meninggal perempuan maka semua yang memandikan adalah kaum hawa dan
anggota keluarga terdekat. Sementara aku mempersiapkan kain kafan dan tempat
solat jenazah. Proses memandikan pun telah usai, tiba saatnya membungkus dengan
kain kafan. Pekerjaan ini juga dilakukan oleh mereka kaum hawa.
Saat menunggu proses pengkafanan tiba-tiba datang Jarwo,
dengan sedikit berbisik dia mengajak pulang ke rumah untuk bicara sejenak.
Tanpa pikir panjang ajakanya pun ku ikuti. Sesampainya di rumah Jarwo
menyampaikan protes atas nama jamaah masjid. Mereka intinya tidak mau ikut
mensholatkan dan bahkan melarang semua warga unutk ikut mensholatkan jenazah. Orang
sekitar menganggap jenazah ini orang yang tidak layak disholatkan, karena
selama hidupnya tidak melaksanakan sholat meskipun di KTP beragama Islam
menurut keterangan Jarwo. Kemudian beberapa pemuda lainya menyusul ke rumah , mereka
memperkuat apa yang disampaikan oleh Jarwo tadi. Suasana menjadi semakin tegang
ketika beberapa kaum bapak juga ikut masuk rumah dan membenarkan apa yang di sampaikan oleh
yang muda-muda tadi. Pada prinsipnya mereka menolak solat jenazah. Ruang tamu
yang hanya ukuran tiga kali tiga meter itu pun jadi penuh sesak.
Aku mengirup napas dalam-dalam untuk menenangkan pikiran,
berpikir jernih dan arif adalah sebuah tindakan yang sangat bijak. Mereka semua benar, punya dalil dan pijakan yang
kuat baik menurut Sunnah atau
AlQuran. Dalam kajian pekanan memang itu sering mereka pertanyakan dan sekarang
mereka menemukan kenyataan itu menurut penilaian mereka. Asumsi itulah yang
menyebabkan mereka protes hari ini. Dugaan-dugaan itu muncul memang bukan tanpa
alasan, juga tidak dengan mengada-ada masih menurut orang banyak tadi.
Menghadapi orang-orang sperti ini tidak mudah , tetapi bukan berarti tidak bisa
diselesaikan. Mereka orang-orang yang idialis, kuat memegang teguh
prinsip-prinsip agama. Terkadang orang menganggapnya aliran keras, nyleneh, radikalis dan lain-lain cap
yang masyarakat umum berikan. Sementara kebanyakan orang tidak mau belajar
agama bahkan sangat acuh dengan keyakinanya sendiri, justru Jarwo dan
kawan-kawan ini tekun. Bahkan mereka ini sangat intens dalam menuntut ilmu
agama dengan kajian-kajian kitabnya. Sehingga pengetahuanya sangat jauh bila
dibandingkan dengan masyarakat awam. Ini juga yang menjadi jurang pemisah antar
kedua kelompok masyarakat ini. Pemahaman
agama oleh kebanyakan orang menjadi pedoman mereka dalam beribadah, sedangkan
menurut Jarwo tidak demikian. Landasan hukum yang harus menjadi acuan dalam
setiap amaliah.
Kemudian aku jelaskan
kepada Jarwo dan kawan-kawan, ini adalah masalah mauamalah artinya masalah
agama yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia. Kalau seandainya
semua orang bersikap demikain yaitu mendahulukan prasangka maka Islam akan jauh
dari umatnya dan bukan menjadi rahmatan lil’alamin. Artinya Islam bukan menjadi
problem solver tetapi justru menjadi biang kerok dalam masyarkat. Dalam Islam dilarang untuk berprasangka
buruk, dan dilarang kita memata-matai ibadah orang lain. Islam menganjurkan
untuk senantiasa berhusnudzon terhadap sesama manusia , apalagi sesama muslim.
Apa yang terjadi ketika seseorang yang dalam keseharianya mengaku muslim
kemudian meninggal dunia tidak kita sholati, maka hanya fitnah yang
muncul. Terkotak-kotaknya kelompok
masyarakat muslim akan emnimbulkan kelemahan.
Akhirnya semua yang hadir bisa memahami dan menerima dengan
lapang dada. Proses pengkafanan pun
sudah selsesai. Kami segera membubarkan
diri tanpa menimbulkan kecurigaan bagi para petakziah. Jarwo dan kawankawan
ikut mengambil air wudu kemudian
pelaksanaan solat jenazah di mulai.
Semua jamaah masjid ikut dalam barisan sholat, bahkan yang hadir di
rumah mengambil barisan paling depan.
Keranda diangkat untuk dibrangkatkan ke pemakaman didahului
dengan upacara pamitan yang di pimpin oleh pak Ketua RT. Semua yang hadir ikut
mengantarkan jenazah. Sepanjang perjalanan suasana khidmad. Mereka saling bergantian
memikul keranda jenazah sampai tempat pemakaman umum.
======è>>>>>>Argamakmur
15 Oktober 2017
Komentar
Posting Komentar