Reog Kendang Tulungagung
Reog Kendang
Dituturkan
oleh Kang
Bari
Reog Kendang adalah kesenian tradisional yang berasal dari Kabupaten
Tulungagung, bahkan sudah
terdaftar di HaKI ( Hak Kekayaan Intelektual Indonesia) Semenjak tahun 2009.
Kesenian ini sangat populer di seluruh wilayah Tulungagung juga di wilayah kabupaten sekitarnya. Tidak jarang tampil
pada festival kesenian tingkat nasional di Jakarta bahkan juga di manca negara.
Pada acara-acara resmi tingkat kabupaten Reog Kendang selalu ditampilkan. Di
masyarkat kesenian ini sangat populer, sehingga pada pesta pernikahan, sunat,
ulang tahun, dan tasyakuran lainya tidak lengkap kalau tidak ada kesenian yang
satu ini.
Asal-usul Reog Kendang .
Ada
beberapa versi tentang asal-usul tarian ini.
1.
Versi Gemblak. Menurut versi ini tarian Reog
Kendang bermula dari banyaknya gemblak
dari Sumoroto yang bekerja sebagai penambang marmer dan petani cengkih di
Tulungagung. Untuk ,menghilangkan rasa penat setelah bekerja itulah dibuat alat
musik sejenis kendang yang hanya ditutup sebelahnya saja dan dipadukan dengan jaranan ( kuda Lumping). Alat ini Mirip
dengan tifa atau jimbe, di bawa dan di pukul
sambil menari. Sedangkan para penari merupakan mantan penari Reog Ponorogo yang
terdiri dari para pria, maka kemudian hari dikenal dengan Reog Kendang
Tulungagung.
2.
Versi Panji Klono Sewandono.
Reog Kendang ini menggambarkan arak-arakan prajurit Daha Kediri
menyaksikan Jatasura membuat sumur di puncak Gunung Semeru sebagai syarat agar
pinangnya terhadap Ratu KilliSuci bisa diterima.
3.
Versi Letusan Gunung Kelud. Karena masyarakat Tulungagung
berada sekitar Gunung Kelud tarian ini menggambarkan sikap masyarakat ketika
menghadapi letusan gunung ini. Versi ini muncul sekitar tahun 2014, untuk
menghilangkan unsur gemblak yang dinilai tidak etis di lingkungan masyarakat
Tulungagung yang religius.
Unsur penting Reog Kendang
1.
Penari.
Jumlah
penari ada 6 orang bisa laki-laki semua atau peremuan semua. Setiap penari
membawa kendang(dhodhog) yang berbeda
nama satu dengan lainya. Masing-masing bernama kendang kerep, kendang arang,
kendang imbal 1, kendang imbal 2, kendang keplak, dan kendang kendang trontong yang dipukul dengan
stik kecil.
2.
Pemain
musik.
Pemain
musik terdiri dari 3 orang, masing-masing memukul kempol, kenog dan peniup teompet.
3.
Pakaian
penari.
a. Baju berlengan panjang, bagian belakang kowakan untuk
keris. Sepanjang lengan baju diberi berseret merah atau kuning, juga di
pergelangan.
b. Celana hitam, sempit, sampai di bawah lutut. Di
samping juga diberi berseret merah memanjang dari atas ke bawah.
c. Kain batik panjang melilit di pinggang, bagian depan
menjulai ke bawah. Sebagai ikat pinggang digunakan setagen, kemudian dihias
dengan sampur berwarna.
d. Ikat kepala berwarna hitam juga, diberi iker-iker
(pinggiran topi) tetapi berbentuk silinder panjang bergaris tengah 3 cm,
dililitkan melingkari kepala. Warnanya merah dan putih.
e. Atribut-atribut yang dipakai:
Ø
kacamata
gelap atau terang;
Ø
sumping di
telinga kanan dan kiri;
Ø
epolet di
atas pundak, dengan diberi hiasan rumbai-rumbai dari benang perak;
Ø
sampur untuk
selendang guna menggendong dhogdhog;
Ø
kaos kaki
panjang.
4. Gerak tari Reog Kendang.
a.
Obah sumi langit ( sundangan).
b.
Obah gejoh bumi.
c.
Obah menthokan ( munduk-munduk).
d.
Obah paletan.
e.
Obah lilingan.
f.
Obah mindak kecik noleh tengen-noleh kiwa.
g.
Obah engklek (andul).
h.
Obah ngungak sumur.
i.
Obah kejang jinjit
j.
Obah baris maneh
Semua adegan (obah) itu mereka lakukan melalui simbol-simbol gerak tari yang
ekspresif mempesona, yang banyak menggunakan langkah-langkah kaki yang serempak
dalam berbagai variasi, gerakan-gerakan lambung badan, pundak, leher dan
kepala, disertai mimik yang serius, sedang kedua tangannya sibuk mengerjakan dhogdhog atau tamtam yang mereka gendong dengan mengikatnya dengan sampur yang menyilang melalui pundak
kanan. Tangan kiri menahan dhogdhog,
tangan kanannya memukul-mukul dhogdhog
tersebut membuat irama yang dikehendaki, meningkahi gerak tari dalam tempo
kadang-kadang cepat, kadang-kadang lambat. Demikian kaya simbol-simbol yang
mereka ungkapkan lewat tari mereka yang penuh dengan ragam variasi, dalam
iringan gamelan yang monoton magis, dengan lengkingan selompretnya yang
membawakan melodi terus-menerus tanpa putus, benar-benar memukau penonton,
seakan-akan berada di bawah hipnose.
Kekinian
Dalam perkembanganya Reog Kendang banyak mengalami perubahan dari pekemnya. Terutama anak-anak muda lebih
mengedepankan unsur seni, sedang golongan tua memilih bertahan pada unsur
magisnya.
Terlepas dari itu semua Reog Kendang
Tulungagung masih eksis ditengah perkembangan teknologi informasi. Hal-hal yang
mendukung eksisnya antara lain:
1.
Kesadaran
masyarakat yang tinggi untuk tetap melestarikan budaya lokal. Hal ini terlihat
dari tumbuh suburnya kelompok-kelompok kesenian Reog Kendang ini di
tengah-tengah masyarakat.
2.
Peran
pemerintah daerah. Lewat pendidikan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung
terus mendorong kesenian ini masuk muatan lokal.
Dirangkum
dari berbagai sumber.
=====è>>>>
Argamakmur 15 Oktober 2017
Komentar
Posting Komentar