MENGGAPAI ASA
MENGGAPAI ASA
Oleh Kang Bari
4 Oktober 2017
Langkahmu tegap , sepatu mengkilat, baju kemeja rapi, ikat
pinggang melingkar dipinggang menguatkan celan jeanmu. Tas gendong menghiasi
punggungmu yang masih kuat dan tegar. Usiamu masih sangat muda, sorot matamu
tajam. Prestasi gemilang telah kamu ukir di bangku kuliah yang baru beberapa
bulan kau selesaikan. Ijazah yang menjadi kebangganmu dan keluarga telah berada
digenggamanmu. Riuh-rendah ucapan selamat belum lama berakhir kau dapatkan dari
orang-orang terdekatmu. Lewat rangkaian bunga,
twiter, face book dan medsosmu yang lain.
Berjalan diantara gedung-gedung pencakar langit , menyusuri
keramain kota Jakarta. Berharap bisa mengais rizqi diantara jutaan manusia.
Dengan berbekal ijazah yang ditanganmu , kau mencoba menggebrak kerasnya
kehidupan ibu kota. Tak mengenal lelah terus saja kau melangkah, menapaki hari
merajut asa menggapai cita. Kau ingin menjemput impianmu ketika masih di bangku
kuliah.
Terik matahari sudah tersa menyengat meskipun jarum jam baru menunjukkan
pukul delapan pagi, karena memang musim
kemarau. Debu-debu beterbangan dibawa
angin menambah pengapnya atmosfir Jakarta. Masih dengan
tekad yang membaja kau langkahkan kakimu kesebuah kantor, berharap di
sana kamu dapatkan peluang pekerjaan. Satpam mnyambutmu dengan ramah seraya
bertanya,” Ada yang bisa dibantu Mas?”.
“ Terimakasih, bisa bertemu dengan bagian personalia,
Pak?” jawabmu penuh keyakinan.
“ Tunggu sebentar ya , saya lapor dulu, silakan duduk Mas,”
lalu satpam masuk kedalam ruagan. Kamu dengan berharap-harap cemas duduk
diruang tunggu. Sambil menonton siaran televisi swasta nasioanal, meskipun
dirimu tak sepenuhnya menikmati siaran itu. Tidak berapa lama satpampun keluar
dari ruangan, mempersilahkanmu masuk menemui bagian personalia.
Kau ketuk pintu seraya mengucapkan salam, setlah dijawab kaupun melangkah masuk
dengan memberi hormat menundukkan kepala. Seorang yang berpakain rapi dengan
senyum yang ramah menyambutmu, kemudian mempersilahkanmu duduk. Sejenak dia
merapikan posisi duduknya di kursi putar. Kauperkenalkan diri dan maksud
kedatanganmu di kantor itu.
“ Maaf anak muda, kebetulan tenaga yang kami butuhkan tidak
sesuai dengan ijazah yang kamu miliki,” demikian kira-kira jawaban kepala
bagian personalia perusahaan. Kenyataan pahit harus kau terima, setelah
merapikan berkas-berkas foto copy dalam tas, dirimu pamit. Kepala personalia
masih memberikan semangat dengan menepuk-nepuk pundakmu sambil memberi nasehat ,”
Jangan putus asa, kamu masih muda dan prestasi di kampus juga bagus, teruslah
melangkah”. Kau langkahkan kakimu
meninggalkan ruangan itu.
Berdiri di depan pintu gerbang sedikit merapikan baju dan
celana kemudian kau hela napas, sambil menengadahkan kepala seraya berucap
dalam hati,” Terima kasih Ya Alloh, hari ini telah engkau pertemukan aku dengan
orang yang baik, nasehat dan tutur katanya mnyejukkan hati”. Pesan kepala
personalia itu selalu mengiag di ruang ingatanmu sehingga menjadi motivasimu
dalam melangkah.
Adzan Dzuhur telah berkumandang, saat kakimu menginjakan
kaki di rumah kos yang baru 3 hari kau tempati. Bersegera kau ambil air wudhu
terus menuju masjid di samping kos. Begitu khusyuk solat dzuhur kau lakukan,
doa panjang kau panjatkan.

Komentar
Posting Komentar