MALAM JUMAT KLIWON

MALAM JUMAT KLIWON *
Oleh Kang Bari
5 Oktober 2017


Daun- daun berguguran, pohon jati terlihat meranggas di sana-sini. Musim kemarau sudah memasuki bulan yang ke empat. Kepulan asap ada dimana-mana, karena banyak warga yang membakar sampah dipekarangan dan kebun mereka. Dipetakan sawah terlihat lobang-lobang menganga, tidak  bayak tanaman kalau tidak boleh dibilang tidak ada sama sekali , kecuali beberapa petak sawah yang letaknya dekat dengan belik. Antrian warga mengambil air di tempat ini menjadi pemandangan setiap sore di Desa Sine.

Angin  berhembus kencang dari arah Pantai Selatan menambah dinginya suasana menjelang senja. Kelelawar mengepakkan sayapnya keluar dari persembunyianya. Di ufuk timur rembulan menampakkan dirinya di puncak bukit bak putri yang keluar dari pingitan. Suara adzan terdengar sayup-sayup , beberapa warga nampak beriringan menuju Musola, mengenakan kain sarung dan peci hitam. Sebagian  warga masih menggiring ternaknya dari padang gembala.

Rembulan semakin jauh meninggalkan puncak bukit, sinarnya terang tak terhalang mendung. Suara jengkrik, katak, belalang dan hewan malam lainya mengiringi Sang Dewi malam. Bayang – bayang pepohonan merayap  rapi bagaikan barisan ikan di hamparan samudra. Terlihat bayangan hitam melesat di bawah sinar bulan.  Adalah Hasan , pemuda desa yang rajin mengajar anak di Musola dekat Balai Desa Sine berjalan sendirian menembus sunyinya malam. Melewati pematang sawah di pinggiran kampung sambil menyandang tas cangklongnya. Langkahnya mantap, lisanya dibasahi dengan dzikir sepanjang perjalanan.

Suara lolongan anjing dan kicau burung hantu menambah sunyinya suasana malam itu. Tidak seberapa warga desa yang beraktifitas di luar rumah. Perjalanan Hasan harus melewati sebuah  danyangan sebelum sampai ke rumahnya. Aroma kemenyan memenuhi atmosfir sekitarnya kala malam seperti ini. Beberapa langkah memasuki area danyangan tiba-tiba muncul sesosok benda mirip pocong. Sejenak Hasan terkejut, namun dengan cepat ia menguasai diri. Langkahnya terhenti dan memperhatikan keadaan sekelilingnya, dengan sigap Ia memasang kuda-kuda. Rupanya selain guru ngaji Dia juga ahli silat, yang sudah malang melintang di dunia persilatan tingkat kabupaten. 

“ Siapa kamu!” seru Hasan dengan tegastak mau buruany lepas.
Namun sosok  itu melompat dan menjauh, kemudian menghilang di balik pohon besar.  Segera Ia mengejarnya. Pocong  itupun mejauh lagi, kemudian hasan memberi peringatan lagi.
“ Sekali lagi berhentilah, sebelum aku paksa,” serunya lebih keras. Namun sosok putih itu tidak mudah menyerah begitu saja dengan ancaman Hasan. Justru melompat di atas tumpukan batu yang berada di sebelah kayu besar, tak kalah serunya Hasan segera mengejar. Secepat kilat juga pocong itu turun di pelataran danyangan namun sayang tangan Hasan lebih dahulu berhasil menyanbar kain putih yang mebungkus tubuhnya. Merasa terbuka kedoknya bayangan hitam itu mengambil langkah seribu. Memang lagi sial sebelum berhasil kabur jurus kaki Hasan telah merobahkanya dan mengunci dengan tangan kekarnya. Sebelum ayunan bogem guru ngaji ini menghantam mukanya tiba-tiba, “ Ampun Mas....ampun Mas,” sehingga tertahanlah tangan Hasan.
“ Siapa Kamu!,buka sebomu!” dengan segera orang itu membuka topeng yang membungkus wajahnya. Betapa Hasan terkejut, menyaksikan wajah di memelas dihadapanya. Wajah yang tidak asing lagi baginya, bahkan sangat akrab.
“ Kenapa kamu lakukan ini semua,” selidik Hasan.
“ Maafkan Aku , Mas. Aku hanya disuruh,” jawab anak muda itu penuh iba.
“ Jadi isyu pocong selama ini Kamu lah pelakunya, dan ada orang lain dibalik ini semua,” perlahan Hasan melepaskan tangan pemuda itu.
“ Bertaubatlah, jangan lagi mengulang perbuatanmu ini, urusan Bosmu biar Aku yang menyelesaikan,”
“ Pulanglah hari sudah karut” sambil berjabat tangan pemuda itu mohon maaf dan pamit dari hadapan Hasan.


Jarum jam telah menunjukkan pukul 23.40 saat Hasan masuk ke rumah, hari ini Kamis malam Jumat. Hasan segera membersihkan diri mengambil air wudu menutup malamnya dengan solat witir.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nenek Bariyah Wanita Tangguh

Hamid

Pelukis