Langkah tengah malam
Langkah tengah malam
Oleh Kang Bari
Bunyi gerit pintu memutus mimpi indahmu, duduk sejenak lalu
mengambil pistol yang disimpan di laci bagian atas ranjang. Setengah terhuyung tapi terus berjalan
mengendap-endap sambil mengacungkan pistol yang ditangan. Sementara listrik
padam dari sore hari, suasana gelap gulita. Sekelebat ada bayangan di sudut
ruang tamu, cepat kau hentikan langkah. Konsentrasi pada sesosok bayangan yang
menyelinap dari ruang tamu ke kamar keluarga, nalurimu mengakatan” Pencuri”.
Langkahmu mengkuti bayangan hitam yang terus melenggang,
tanpa suara sunyi. Hanya bunyi jarum jam
yang terdengar. Seisi rumah memang tertidur lelap, konsentrasi pistol
digenggamanmu semakin mantap. Sejenak telunjuk kananmu menyentuh pelatuk
pistol, kemudian terdengar letusan
tembakan. Bayangan hitam yang kau bidik pun roboh, tepat bidikanmu kena
sasaran.
Suara itu membangunkan seisi rumah, lalu semua berhamburan
di tengah kegelapan malam. Istrimu membawa senter, kemudian menuju ke sumber
suara. Betapa dia sangat terkejut, kemudian menjerit histeris. Ternyata
bayangan hitam yang menjadi sasaran pistol tadi adalah anak sulungmu. Tubuhnya
bersimbah darah, jatuh terkulai di lantai ruang keluarga. Kemudian engkau pun memeluk erat-erat tubuh
yang udah tidak berdaya itu.
Dengan mengemudikan mobil sendiri kau bawa si sulung ke
rumah sakit terdekat bersama ibunya. Setelah masuk di ruang IGD, semua petugas
jaga memeriksa jasad anak sulungmu. Hasil keterangan dokter ternyata si bocah
malang itu sudah tidak bernyawa lagi. Diperkirakan sudah meninggal dua puluh
menit yang lalu saat masih diperjalanan, karena luka tembak mengenai jantung
sebelah kiri. Kemudian kau pun pamit pada istrimu, untuk pergi ke kantor polisi
unutk menyerahkan diri.
Pagi hari berita
kematian anakkmu itu menjadi head line
di surat kabar lokal degan judul,” Seorang Anak Tewas ditembak ayah kandungnya”.
Kecerobohan atau apa namanya yang telah membuatmu menyesal
selama-lamanya. Tidak pernah kau bayangkan anak kandungmu akan tewas di
tanganmu sendiri. Semua sudah terjadi.
Sore hari ketika pemakaman si sulung kau pun hadir dengan
pengawalan polisi, tangismu tumpah bahkan kau pingsan. Semua yang hadir tidak
bisa menyembunyikan keharuanya. Istri dan anak-anakmu yang lainya tidak bisa
mendekati. Seusai pemakaman kaupun di bawa ke kantor polisi untuk
mempertanggung jawabkan perbuatanmu.
************Argamakmur
29 Oktober 2017
Sedih bacanya T.T
BalasHapusmksh dah mampir Pak Direktur
Hapus