Kereta terakhir
Kereta terakhir
Oleh Kang Bari
Sepeda motor bebek warna orange berhenti di halaman, "Pak Pos teriakku," segera kaki melangkah keluar rumah menuju tempat sepeda motor berhenti.
" Ada surat Dik," kata Pak Pos sambil mengulurkan tangan menyerahkan padaku.
"Terima kasih Pak," jawabku sembari menerimanya. "Akhirnya datang juga," gumamku dalam hati.
Ini adalah surat pertama Huda setelah 6 bulan pulang kampung seusai menyelesaikan kuliah di yogyakarta. Sedikit berlari menuju kamar, ingin segera membuka dan mebaca isi surat. Jantung berdegup keras . Sesampainya di kamar semua jendela dan pintu kututup. Tidak ingin konsentrasi baca surat terganggu. Tidak mau surat itu sobek sedikitpun maka sangat hati-hati membukanya. Dengan perlahan-lahan surat kuarik dari dalam sampulnya, tangan ini gemetar seakan tak sanggup lagi meneruskan. Akhirnya keluar juga surat itu dari sampulnya.
Untukmu Habibah
Salam manis...
Maaf Habibah baru sekarang sempat kasih kabar untukmu. Semoga kamu baik-baik saja. Kesibukanku di kampung mnyita waktu dan pikiran sehingga sampai dirimu terlupakan. Sungguh tidak ada kesengajaan. Maafkan aku Habibah. O iya ...dua minggu lagi kamu ulang tahun bukan. Insya Alloh aku akan datang di hari ulang tahunmu. Jemput d stasiun Yogya sehari sebelum ultahmu.
Dari yang merindukanmu
Huda
Tak terasa airmata membasahi pipi, alhamdulillah Huda ternyata kamu masih ingat. Surat kulipat kembali, sembari menyeka air mata. Meskipun hanya beberapa kalimat surat Huda telah membangkitkan semangat kembali. Menghapus keraguan hati akan janjimu.
Hari-hari kulalui dengan penuh semangat, terasa mendapat kekuatan baru. Angan-anganku melambung menyambut kedatangan seseorang yang telah singgah di hati. Dua minggu serasa satu tahun, perputaran matahari terasa lamban.
Jarum jam menunjukkan pukul 19.00, ini hari yang dijanjiakan Huda untuk datang di Yogya. Bergegas aku menghidupkan sepeda motor menuju stasiun kereta, tak mau terlambat mengambil jalan utama. Lumayan kencang, motor melaju kecepatan 80 km/ jam, ketika melewati perempatan waduh...ternyata macet. Aku berpikir sejenak harus memutar lewat jalan alternatif atau tetap menembus kemacetan. Akhirnya memilih memutar lewat jalan alternatif, di sini lumayan lancar. Mudah-mudahan tidak kedahuluan kereta.
Sesudah menitipkan sepeda motor terus saja aku menuju tempat kedatangan kereta. Mencari informasi kedatangan kereta malam dari Surabaya, ternyata kereta dari sana terakhir pukul 22.00. Alhamdulillah belum terlambat, sekarang baru pukul 19.45, mudah-mudahan Huda naik kereta yang tiba pukul 20.00. Memilih kursi yang dekat dengan lampu berharap,bisa membaca novel yang ku bawa dari rumah untuk menunggu waktu.
Dari pengeras suara terdengar petugas stasiun mengumumkan sebentar lagi kedatangan kereta dari Surabaya, para calon penumpang yang akan menuju kota Bandung dimohon bersiap-siap. Buku novel ku tutup seraya berdiri ikut memperhatikan ke arah kedatangan kereta, pandanganku menerobos terangrnya sinar lampu stasiun. tak mau ketinggalan sedetikpun perkembangan di stasiun.
Tepat pukul 20.00 kereta tiba, aku berdir. Penumpang berangsur-angsur turun dari gebong. Mataku tidak berkedip mengenali setiap penumpang yang turun, dadaku berdebar-debar berharap ada Huda diantara penumpang. terkadang harus jinjit dan meminta sesama penunggu minggir karena pandanganku terhaklang.Setelah semua penumpang turun tidak ku dapati wajah yang kucari. Kembali aku duduk diantara para calon penumpang. Anganku menerawang jauh, masa-masa indah bersamanya di bangku kuliah.
Semenjak kepulanganya ke Surabaya nomer ponsel Huda tidak bisa dihubungi lagi, juga tidak pernah dia memberi alamat orang tuanya. Semenjak itulah kami putus kontak, namun tiba-tiba suratnya datang. Meskipun demikian kedatangan suratnya membuatku punya keyakinan kembali akan niat baiknya. Kubuktikan malam ini menjemputnya di stasiun.Masih berharap dengan kereta malam pukul 22.00, diriku bertahan di stasiun. Lalu-lalang penumpang dan pedagang asongan tak mampu mengusir kegundahan hati ini. Hari semakin larut, kedatangan kereta terkhir dari Surabaya semakin dekat. Di situlah ku tambatkan sejuta harapan.
=====>>>>Argamakmur 18 Oktober 2017
Komentar
Posting Komentar