Kaki pincang tak menghalangimu meraih surga

Kaki  pincang tak menghalangimu meraih surga

Dikisahkan ulang oleh Kang Bari





Ketika genderang perang Badar  berkumandang usiamu lebih dari 60 tahun usia yang sudah tidak muda lagi, namun usia  tak menyurutkan semangat untk ikut bereprang di Lembah Badar. Bergegas Kau temui manusia mulia Baginda Rosullohi SAW, seraya kau sampaikan kegundahan hatimu meskipun akhirnya Beliau RosulullhaiSAW tidak mengizinkan. Kau pulang dengan sedikit memendam kekecewaan, karena niatmu tidak tersampaikan. Akankah selamanya orang tua yang pincang sperti diriku ini tak layak mendapat surga? Pikiran itu selalu mengusik ketenangan jiwa , menggedor-gedor hati kecilmu. Menembus langit dunia dalam doa-doa malammu juga dalam sujud panjangmu.

Engkau kerahkan semua yang ada padamu unutk Islam, baik harta, pikiran, waktu bahkan anak-anak. Tak pernah sekejappun berubah cita-citamu meraih surga Alloh. Tibalah saatnya Islam memanggil generasi terbaiknya untuk membuktikan kecintaanya pada alloh , Rosulnya serta agamanya.

Genderang jihad telah Alloh buka kembali, Gunung Uhud yang tidak jauh dari kota Mekah menjadi ladang jihad. Rosululloh SAW telah memmeprsiapkan seribu pasukan terbaik siap diterjunkan, terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pemanah, pasukan bertombak. Perbekalan pun sudah siap. Tinggal menunggu perintah Rasulullahi SAW.

Kembali niat sucimu menggelora memenuhi hatimu, darah pejuangmu mengalir keseluruh nadimu. Maka Kau sampaikan niatmu untuk bergabung dengan para mujahid di Uhud kepada anak-anak dan istrimu. Tetapi apa jawaban anak-anakmu,” Hai Ayahku, Engkau sudah tua dan maaf ayah cacat. Cukuplah kami anak-anakmu saja yang ikut berjihad”.
“ Apakah kalau sudah tua tidak boleh masuk surga, atau memang yang muda-muda saja yang berhak masuk surga,” jawabanmu membuat anak-anakmu tidak bisa berbicara lagi.  Tidak mau kehilangan kesempatan, bergegaslah dirimu menemui Baginda Rasullahi SAW. Sesampainya di Hadapan Rasullahi saw, "Wahai Rasulullah, putra-putraku melarangku berbuat kebajikan. Mereka keberatan jika aku ikut berperang karena sudah tua dan pincang. Demi Allah, dengan pincangku ini, aku bertekad meraih surga."
“ Berangkatlah wahai Amru bin Jamuh,” begitu jawaban Baginda Rasulullahi SAW.
Restu Rasullahi SAW sudah kau dapatkan, peluang mendapatkan suhada telah di buka.

Sebelum berangkat kau selalu memohon kepada Allah SWT, "Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk memperoleh syahid. Jangan kembalikan aku kepada keluargaku."

Pakain perang pun kau kenakan , kuda pilihanpun telah kau persiapkan. Bagai anak panah melesat dari busurnya, kau pacu kudamu menuju Uhud. Kau tembus barikade pasukan lawan, pedang di tanganmu berputar bagaikan baling-baling.  Kau melompat kesana–kemari  sambil mengelebatkan pedang ke arah musuh sambil berteriak,” aku ingin surga-aku ingin surga”.
Beberapa anak panah dan tebasan pedang musuh mengenai tubuhmu, kaupun terjatuh, terkulai lemas darah terus mengucur mebasahi Uhud. Ruhmu di sambut bidadari surga, mendapatkan syahid seperti yang kau  cita-citakan. Kaki pinacangmu tak menghalangi meraih surga. Setelah perang berakhir Rosululahi SAW memerintahkan supaya memakamkan jasadmu  wahai Amr bin Jamuh satu liang dengan jasad Abdullah bin Amr bin Haram. Karena semasa hidup kalian berdua adalah sahabat yang saling menyayangi.


===è>>>Argamakmur 21 Oktober 2017






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hamid

Nenek Bariyah Wanita Tangguh

Cinta Abadi