HAJI SOMAT

HAJI SOMAT
Oleh Kang Bari
4 september 2017


“ Sayur...sayur....sayur....,” suara itu menjadi nyanyian merdu yang di tuggu – tunggu warga komplek perumahan Betungan Asri, terutama kaum hawa. Sabil mendorong gerobak yang dipenuhi aneka sayuran , topi bulat menutup kepalanya dari sengatan terik matahari, Pak Somat begitu panggilan akrabnya. Senyumnya selalu mengembang ketika daganganya di tawar pembelinya. Sosok yang santun itu jarang terlihat sedih kalau tidak boleh dibilang tak pernah sama sekali.

Pukul 6 pagi seperti biasa B. Halimah dan ibu-ibu yang lain sudah menunggu di depan rumah, sesekali celingukan seperti ada yang hilang. Beberapa warga mulai bertanya kepada yang lain ,tetapi semua tak menemukan jawaban. Hari semakin siang yang ditunggupun tidak kunjung datang. Bu halimah akhirnya memutuskan untuk naik becak berbelanja ke Pasar. Demikian juga sebagian warga lainya.

Di ujung komplek perumahan Betungan Asri berkerumun warga yang cukup ramai. Suara lantunan ayat-ayat AlQuran menggema . Rasa penasaran Bu halimah membuatnya  meminta sopir becak untuk mengarahkan becaknya ke tempat kerumunan itu.  Segera mencari tahu ada gerangan di sini. “ Maaf ibu , ini acra apa ya?” tanya Bu halimah kepada salah satu warga.
“ Ini BU... acara pemberangkatan haji,” jawab warga yang ditanya.
“  Siapa yang berangkat haji bu?”tanya Bu halimah berikutnya.
“ Pak Somat dan istri, Bu”.
Jawaban itu membuat Bu Halimah seolah-olah tidak percaya. Betulkah itu Pak Somat tukang sayur yang setiap hari keliling komplek.

Kabar keberangkatan Pak Somat pergi haji segera tersebar di seluruh perumahan Betungan Asri. Hari-hari berikutnya menjadi bahan percakapan warga komplek di musola, gardu ronda dan di tempat-tempat lainya. Sosok Pak Somat yang sderhana, santun dan peringa itu tiba tiba pergi haji. Tidak satupun warga komplek yang paham  bagaimana seorang tukang sayur keliling itu punya tabungan yang banyak sehingga sanggup membayar ONH untuk dia dan istrinya.


Dikit-dikit lama-lama menjadi bukit. Itulah gambaran sosok Pak Somat untuk mengumpulkan uang sehingga bisa membayar ONH. Rupanya P.Somat punya kebiasan yang baik dan rutin menjalaninya. Setiap pulang jualan sayur keliling tak lupa ia menabung, uang logam yang didapatnya tidak dipergunakan untuk belanja. Tetapi berapapun ia dapat maka dimasukkan dalam kaleng atau celengan. Kebiasaan sperti ini sudah dijalani lebih kurang 15 tahun, sehingga terkumpulah sejumlah uang yang bisa untuk membayar ONH. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nenek Bariyah Wanita Tangguh

Hamid

Pelukis