BALADA SARUNG JUPRI

BALADA SARUNG JUPRI
Oleh  Kang  Bari
5 Oktober 2017




Hujan deras mengguyur Kabupaten Bengkulu Utara sejak siang hari sekitar pukul 13.00 hingga malam. Belum ada tanda-tanda akan reda bahkan semakin lebat. Tidak banyak warga yang beraktifitas di luar rumah, diperparah lagi dengan  pemadaman aliran listrik. Kecuali beberapa warga yang berdekatan dekat masjid, mereka masih menunaikan solat jamaah magrib dan isya di masjid. Itupun harus membawa payung dan senter.

Selepas sholat isya beberapa jamaah masih asyik mengobrol di masjid yang hanya diterangi dengan lilin. Obrolan sekitar musim hujan tahun ini yang cukup panjang, jadi hampir tidak ada kemarau. Suara gemuruh seperti runtuhnya tebing tiba-tiba mengejutkan para jamaah , segera mereka berhamburan mengambil payung menuju pusat suara berasal. Memang masjid ini berada di jalan lintas dan dekat dengan aliran sungai Lais yang cukup besar. Setelah beberapa puluh meter berjalan warga melihat jalan aspal telah longsor kedasar sungai, permukaan air sungai mencapai jalan dan langsung menghantam badan jalan sehingga terjadilah abrasi akibat hujan yang sudah bebera jam hari ini. Praktis terputuslah jalan penghubung Kota Lais dan Argamakmur.  Karena hanya ini satu-satunya jalan yang ada. Hujan juga belum reda , beberapa warga tadi pulang kerumah masing-masing.

Baru saja Jupri menutup pintu dan menyimpan senter yang di bawa ke masjid, kemudian menuju ke dapur untuk makan malam. Tetapi makan malam kali ini tidak begitu bisa dinikmati meskipun dengan lauk tempoyak kesukaanya. Anganya masih tertuju pada longsornya jalan di dekat masjid. Suap demi suap nasi itupun akhirnya terpindahkan dari piring kedalam perut. Bahkan secangkir kopi hangat juga sudah siap untuk di nikmati menemani dinginya malam. Sambil menyaksikan siaran ulang pertandingan sepak bola antara Timnas U18 melawan Thailand di layar kaca yang terletak diruang tamu.

Konsentrasi Jupri terganggu dengan  suara bis  melaju kencang dari arah Argamakmur. Terlintas dipikiran Jupri jalan yang longsor tadi, segera ia melompat dari tempat duduknya. Secepat kilat jupri membuka pintu yang memang belum dikunci, tanpa alas kaki Jupri melesat ke jalan menembus kegelapan malam. Hujan yang masih lebat tidak menyurutkan langkahnya meskipun tanpa payung. Langkahnya terseok-seok karena gelapnya malam, sampailah ia di tengah jalan dengan napas terengah-engah. Jupri berusaha berdir tegak meskipun badan menggigil karena dinginya terpaan air hujan yang juga tidak kunjung reda.

Sejurus kemudian datanglah sebuah bis sarat dengan penumpang yang melaju dari Kota Argamakmur di hadapan Jupri. Jupri tetap berdiri tegak di tengah jalan dengan melambai-lambaikan kain sarung. Dari kejauhan suara klakson bis terus di bunyikan tak kalah serunya dengan lambaian sarung Jupri. Secepat itu pula sopir bis mengurangi kecepat bis, semua penumpang berteriak histeris karena jarak dengan  Jupri tidakterlalalu jauh.  Akhirnya bis berhasil berhenti tepat  beberapa meter saja  hadapan Jupri. Sopir dan seluruh penumpang turun dengan angan-angan mereka masing-masing, ada yang marah, jengkel dan bahkan ada yang menyangka Jupri gila. Caci maki dan sumpah serapah terlontarkan untuk Jupri. Jupri hanya diam tubuhnya terkulai lemas kemudian terduduk di aspal.

Sopir bis kemudian menghapmpiri Jupri seraya bertanya,”Ada apa Mas tengah malam menghentikan laju bis kami?”.
“ Mohom maaf, saya tidak ingin Bapak dan semua penumpang celaka,”  jawab Jupri.
“ Memanya ada apa?” tanya sopir bis lagi.
“ Di depan kita jalan longsor puluhan meter ke dasar sungai Pak,” tegas jupri sambil menunjuk kearah jalan yang longsor. Akhirnya sopir an beberapa penumpang menuju jalan yang ditunjuk Jupri. Alhamdulillah , sperti diberi komando ucapan itu meluncur dari para penumpang bis. Sopir sgera memeluk tubuh Jupri yang masih terduduk di jalan aspal. Cacian terhadap Jupri berubah jadi pujian. Ucapan  terima kasih kepada Jupri berulang-ulang mereka sampaiakan.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nenek Bariyah Wanita Tangguh

Hamid

Pelukis