BALADA SARUNG JUPRI
BALADA SARUNG JUPRI
Oleh Kang Bari
Hujan deras mengguyur Kabupaten Bengkulu Utara sejak siang
hari sekitar pukul 13.00 hingga malam. Belum ada tanda-tanda akan reda bahkan
semakin lebat. Tidak banyak warga yang beraktifitas di luar rumah, diperparah
lagi dengan pemadaman aliran listrik. Kecuali
beberapa warga yang berdekatan dekat masjid, mereka masih menunaikan solat
jamaah magrib dan isya di masjid. Itupun harus membawa payung dan senter.
Selepas sholat isya beberapa jamaah masih asyik mengobrol di
masjid yang hanya diterangi dengan lilin. Obrolan sekitar musim hujan tahun ini
yang cukup panjang, jadi hampir tidak ada kemarau. Suara gemuruh seperti
runtuhnya tebing tiba-tiba mengejutkan para jamaah , segera mereka berhamburan
mengambil payung menuju pusat suara berasal. Memang masjid ini berada di jalan
lintas dan dekat dengan aliran sungai Lais yang cukup besar. Setelah beberapa
puluh meter berjalan warga melihat jalan aspal telah longsor kedasar sungai,
permukaan air sungai mencapai jalan dan langsung menghantam badan jalan
sehingga terjadilah abrasi akibat hujan yang sudah bebera jam hari ini. Praktis
terputuslah jalan penghubung Kota Lais dan Argamakmur. Karena hanya ini satu-satunya jalan yang ada.
Hujan juga belum reda , beberapa warga tadi pulang kerumah masing-masing.
Baru saja Jupri menutup pintu dan menyimpan senter yang di
bawa ke masjid, kemudian menuju ke dapur untuk makan malam. Tetapi makan malam
kali ini tidak begitu bisa dinikmati meskipun dengan lauk tempoyak kesukaanya. Anganya masih tertuju pada longsornya jalan di
dekat masjid. Suap demi suap nasi itupun akhirnya terpindahkan dari piring
kedalam perut. Bahkan secangkir kopi hangat juga sudah siap untuk di nikmati
menemani dinginya malam. Sambil menyaksikan siaran ulang pertandingan sepak
bola antara Timnas U18 melawan Thailand di layar kaca yang terletak diruang
tamu.
Konsentrasi Jupri terganggu dengan suara bis
melaju kencang dari arah Argamakmur. Terlintas dipikiran Jupri jalan
yang longsor tadi, segera ia melompat dari tempat duduknya. Secepat kilat jupri
membuka pintu yang memang belum dikunci, tanpa alas kaki Jupri melesat ke jalan
menembus kegelapan malam. Hujan yang masih lebat tidak menyurutkan langkahnya
meskipun tanpa payung. Langkahnya terseok-seok karena gelapnya malam, sampailah
ia di tengah jalan dengan napas terengah-engah. Jupri berusaha berdir tegak
meskipun badan menggigil karena dinginya terpaan air hujan yang juga tidak
kunjung reda.
Sejurus kemudian datanglah sebuah bis sarat dengan penumpang
yang melaju dari Kota Argamakmur di hadapan Jupri. Jupri tetap berdiri tegak di
tengah jalan dengan melambai-lambaikan kain sarung. Dari kejauhan suara klakson
bis terus di bunyikan tak kalah serunya dengan lambaian sarung Jupri. Secepat
itu pula sopir bis mengurangi kecepat bis, semua penumpang berteriak histeris
karena jarak dengan Jupri tidakterlalalu
jauh. Akhirnya bis berhasil berhenti
tepat beberapa meter saja hadapan Jupri. Sopir dan seluruh penumpang
turun dengan angan-angan mereka masing-masing, ada yang marah, jengkel dan
bahkan ada yang menyangka Jupri gila. Caci maki dan sumpah serapah terlontarkan
untuk Jupri. Jupri hanya diam tubuhnya terkulai lemas kemudian terduduk di
aspal.
Sopir bis kemudian menghapmpiri Jupri seraya bertanya,”Ada
apa Mas tengah malam menghentikan laju bis kami?”.
“ Mohom maaf, saya tidak ingin Bapak dan semua penumpang
celaka,” jawab Jupri.
“ Memanya ada apa?” tanya sopir bis lagi.
“ Di depan kita jalan longsor puluhan meter ke dasar sungai
Pak,” tegas jupri sambil menunjuk kearah jalan yang longsor. Akhirnya sopir an
beberapa penumpang menuju jalan yang ditunjuk Jupri. Alhamdulillah , sperti
diberi komando ucapan itu meluncur dari para penumpang bis. Sopir sgera memeluk
tubuh Jupri yang masih terduduk di jalan aspal. Cacian terhadap Jupri berubah
jadi pujian. Ucapan terima kasih kepada
Jupri berulang-ulang mereka sampaiakan.
Komentar
Posting Komentar