Anakku
Anakku
Jarot itulah nama yang kuberikan
padamu anakku,pendek dan sederhana. Berharap itu jadi jimat dalam perlanan
hidup kelak. Ditangan dukun bayi Mbah Sinem ibumu melahirkan. Tepat pukul 24.00
hanya diterangi lampu ublik di gubuk
bambu beratapkan daun ilalang. Popok pun dari sobekan bekas sarung kakekmu,
yang sudah lusuh hampir tak berwarna lagi. Kain batik nenek jadi gedong saat itu, membungkus tubuh mungil
yang lucu. Sembilu menjadi alat pemutus tali pusat. Semua berjalan selamat, ini
karunia Alloh SWT. Tidak ada kado dan ucapan selamat yang diantar kegubuk
ayahmu.
Lahir diawal bulan Muharam menjelang perhelatan akbar di ngeri ini
apalagi kalau bukan pemilu. Engkau luput dari perhatian warga terlebih lagi
media masa. Namun Suara adzan mengiringi tangis pertamamu. Membuka ruang dengar
di jasad, itulah kalimat kebesaran Tuhanmu. Dihari yang kelima tetangga kanan
kiri menyaksikan upacara pemberian nama, sambil menyantap urap masakan nenekmu.
Jarot dengarlah, ini semua kuceritakan
agar dirimu tidak lupa sejarah. Tahu siapa ayah dan ibu , paham dengan asal-usulmu.
wahai anakku, gema tahun baru menyambut
kelahiranmu. Harapan baru menunggu di depanmu, meskipun tangisan pertamamu
ditandai kenaikan BBM yang membumbung tinggi, rakyat menjerit. Petani kecil tak
sanggup lagi membeli bibit, pedagang sayur tak sanggup pergi ke pasar. Penjual
pisang goreng banyak yang gulung tikar, para pemulung tak lagi punya majikan.
Anakku maafkan ayah, kalau tak
sanggup membeli susu formula. Asi adalah satu-satunya yang ibumu berikan. Tak
mampu membeli bubur bayi, nasi dicampur gula merah menjadi menu utama. Semua
tidak terbeli , harga melambung tinggi karena orang-orang pintar mencabut
subsidi. Orang besar sebut dirimu anak kurang gizi, biarlah itu ocehan mereka.
Obrolan orang-orang besar di meja makan, di ruang diskusi dan seminar. Ini
adalah dunia nyata, milikku dan milkmu.
Cepatlah berlari hai hai anakku! Cepatlah besar matahariku! Terangi
dunia! Tunjukkan pada mereka , tanpa susu formula tidak menghambatmu untuk besar. Tanpa bubur
bayi bukan penghalang untuk perkembang. Kemiskinan bukan alasan untuk tidak
berjuang, bukan belenggu untuk membisu.
Bersuaralah yang lantang, nyaris
tak halang. Majulah jangan ragu. Biar dunia mendengar, biar selaput gendang mereka
bergetar karena teriakanmu. Robohkan
dinding-dinding keangkuhan, dobrak pintu-pintu kemunafikan. Tundukkan
kecongkakan dunia dengan terikan Allhu Akbar.
====รจ>>>>>>Argamakmur
13 Oktober 2017
Komentar
Posting Komentar