TANGIS PECAHKAN KEHENINGAN MALAM
TANGIS PECAHKAN KEHENINGAN MALAM
Punya
anak adalah dambaan setiap pasutri, karena anak adalah kekayaaan yang tidak
ternilai harganya. Anak merupakan masa depan kita, anak juga aset dunia
akherat,.
Memasuki
usia pernikahan kami satu bulan, dua bulan dan tiga bulan belum ada tanda –
tanda dikaruniai keturunan, semua masih berjalan seperti biasa. Memasuki bulan
ke empat minggu kedua , pagi bangun tidur istri mual – mual padahal dia tidak
punya sakit mag, juga tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas.
Keesokan harinya hal itu terulang lagi
bahkan sampai muntah – muntah. Takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka
kami berdua pergi ke tempat bidan praktek, itulah satu – satunya tenaga medis
yang ada di desa kami. Setelah mengetok pintu kami dipersilakan masuk, istri langsung
di ajak masuk di ruang periksa , sementara aku duduk menunggu di ruang tunggu. Perasaan cemas
bergelayut dianganku menunggu istri di periksa. Sekitar 20 menit bidan keluar
ruang periksa dengasn snyum mengucakan “
selamat ya Mas…” aku masih termangu dalam kebingunganku, Gagal paham dengan
yang diucapkan bidan tadi. Sehingga bidan menegurku “ kok benggong Mas…” semakin membuat aku salah tingkah. “ Mas
harusnya seneng dong…istri hamil…”
“
istriku hamiiiil…alhamdulillah…” . Aku alngsung sujud syukur…..lalu aku berlari
menghampiri istriku yang keluar dari ruang periksa, aku peluk
dia….alhamdulillah Ya Alloh…..
Seiring
berjalanya waktu kasih sayang kami semakin bertambah dan usia kehamilan
istrikupu semakin bertambah pula. Doa – doa selalu kami panjatkan uantuk
keselamatan dan kesehatan istri dan janin yang ada dalam kandunganya. “ Ya Alloh Jadikanlah dia umat yang satu,
jadikanlah dia muslim atau muslimat, jadikanlah mujahid di jalanMu,jadikanlah
di penyeru di agamaMu, jadikanlah dia penyejuk hati kami, ringankanlah
mengandungnya, mudahkanlah melahirkanya, hamba perlindungka dia kepadaMu dari godaan syaitan yang terkutuk “ Setiap selesai solat magrib kami senantiasa membaca Al-Quran
bersama . setiap saat kami bisikkan kalimat tauhid di perut istriku dengan harapan si janin
mendengrkanya sebagai upaya pendidikan aqidah sejak dini. Persiapan
perlengkapan bersalinpun tidak lupa kami penuhi seidkit demi sedikit. Sat –
saat bersalinpun semakin dekat, rasa senang bercampur cemas selalu kami rasakan
berdua. Berdiskusi dan berkonsukltasi dengan bidan senantiasa kami lakukan
sebgai bekal mental kami.
Tidak
terasa kehamilan istri sudah genap Sembilan bulan, secara medis tinggal
menunggu hitungan hari saja saat kelahiran yang diperkirakan oleh bidan.pada
suatu malam , ketika itu malam rabu.
“ Bangun
mas…bangun Mas….”
Antar sadar
dan tidak suara itu berulang kali di ucapan istriku, karena memang belum lama
aku teritdur stelah seharian capek bekerja. Kemudian istriku memegang lenganku
dan di bangunka lagi aku.
“ Ada apa ?” jawabku sekenanya.
“
Perutku mules – mules,” lanjut istriku.
“ Ke
belakang saja , kok gak berani” jawabku tanpa bangun.
“, Nggak
gitu mas….ini beda, pingganggku juga sakit” rengek istriku.
“ Alah… dibawa
tidur saja ntar juga sembuh..” aku tidakm mau kalah menjawabnya.
“ Mas
…bangun…tambah sakit ni…..kayaknya mau melahirkan nih….”
Masya
Alloh aku baru tersadarkan bahwa itu
adalah tanda – tnda mau melahirkan. Selama ini aku Cuma mendengarkan penjelasan
bidan dan sedikit baca dari buku tentang tanda – tanda orang mau melahirkan.
Perasaan senang, cemas bercampur menjadi satu. Kemudian aku melompat dari
tempat tidur, kum lihat istriku sudah semakiin kesakitan. Di rumah kontrakan
yang ukuran 3 x 8 meter hanya menyala lampur tintir yaitu lampu minyak yang
terbuat dari kaleng bekas tempat susu kemudian dikasih sumbu, kemudian aku
pergi ke rumah tetanggan untuk pinjam lampu petromak yaitu lampu minyak yang
sudah termasuk modern disaat itu. Smentara istri aku minta berjalan – jalan
dalam rumah biar pembukaanya semakin sempurna.
Aku
ketuk pintu rumah tetangga dengan memberi salam “ Assalaamu’alaikum…” dari
dalam di jawab salamku “ Walaikumus salam….masuk Mas” setelah masuk , aku
sampaikan tujuanku malam – malam bertamu ingin pinjam lampu petromak. “ Kok
malam – malam begini baru pinjam lampu mas?” Tanya tuan rumah. “ Iya PakDe ,
ada tamu…” jawabku, dengan sedikit berbohong . Kemudian lampu aku bawa pulang.
Sesampainya di rumah Alhamdulillah istri keadaanya masih segar dan terus
berjalan- berjalan dalam ruangan itu. Selesai menyalapakan lampu aku pergi
kerumah paman yang tidak jauh rumahku.
Aku menyampaikan
kondisi istri dan minta tolong untuk memanggil bidan. Jarak rumah kami dengan
bidan cukup lumayan jauh sekitar 5 km, melewati hutan dengan jalan tanah ,
Alhamdulillah malam itu tidak hujan. Kami menunggu kedatangan bidan dengan
berharap – harap cemas, jarum jam di dinding terasa tidak beranjak dari posisi
semula. Rasa sakit yang dialami istri
semakin jadi, aku terus memotifasi istri untuk memohon kekuatan kepada
Alloh SWT. Aku tuntun istri untuk tetap berjalan sekuat tenaga dengan selalu mengucapkan
kaliamat La haula Wala quata illa billahil’aliyil’adzim.
Satu jam
sudah berlalu , tiba-tiba suara motor berhenti di halaman rumah. Alhamdulillah
Ya Alloh …ternyata bidan yang kami tunggu-tunggu engkau datangkan juga. Setelah
salam bidan masuk dan kemudian istri di
minta untuk ambil posisi terbaring. Maka dimulailah pemeriksaan dan pertolongan
persalinan di mulai. Menunggu detik-detik kelahiran anak pertamaku merupakan
pengalaman yang sangat membekas dalam hidupku, cemas, kasihan dengan kondisi
istri, senang akan mendapatkan amanah anak…semua campuraduk jadi satu. Aku mencoba
tegar dan terus memberi motifasi istriku. Aku ajak istriku terus melantunkan
kalimat Lahaula wala quata illa billahil’aliyil'adzim….. jarum jam didinding
menunjukkan pukul 24.15 menit suara tangisan bayi memecah keheningan malam.
Tangiskupun pecah jga tidak bisa
terbendung lagi. Kemudian aku takbir Allohu Akbar lalu sujud syukur….ku
tumpahkan tangisku dalam sujudku aku memujiMu Ya Alloh, Maha Suci Ya Alloh…..terus aku bangun ku peluk erat-erat istriku , aku pegang
tanganya kuat-kuat , aku beri ucapan selamat. Alhamdulillah Ya Alloh…Engkau
Maha Mendengar setiap doa hambaMu.
Setelah
bayi dibersihkan dan dibungkus dengan selimut kemudian kuapangku sambil mengumandangkan
adzan dan iqomah. Alhamdulillah anak pertamaku laki-laki. Aku berharap
mudah-mudahan jadi anak yang sholeh, selesai iqomah bayi kuberikan pada istri.
Sejak hari itu rumah kami dihiasai dengan tangisan dan tawa si kecil, menambah
kesempurnaan kegembiraan kami. rumahku surgakau “Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan
Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai
penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.” ( QS.25 Al Furqon : 74 )
Komentar
Posting Komentar