Sebutir Pasir

SEBUTIR PASIR


Ditulis : Kang Bari


Jarum jam menunjukkan pukul 06.00 aku masih menikmati  lontong sayur nangka, telur rebus dan bakwan. Tiba-tiba terkunyah benda yang agak keras, gigi gerahamku ngilu sekali. Lontongnya langsung ku keluarkan dari mulut , ternyata ada pasirnya.


Pasir kata benda yang familier dan tentunya material yang tidak asing bagi kita, hampir dapat kita jumpai di mana saja. Ketika pasir berada pada tempat yang tidak selayaknya akan menimbulkan masalah meskipun benda  itu sangat kecil. Dari permasalahan yang kecil hingga yang besar tergantung dimana ketidak semestinya pasir itu berada.

Demikian juga berlaku sebaliknya, pasir itu akan punya manfaat jika berada pada posisi yang memang semestinya harus berada. Butiran pasir yang berkumpul sejenisnya di pantai akan menjadi pemandangan yang indah. Keindahan  yang ditimbulkan lebih sempurna ketika berdampingan dengan material lainya bahkan bisa menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat. Sebuah bangunan yang kokoh tidak akan terwujud kecuali dengan berkumpul dan terpadunya berbagai unsur material tadi, salah satunya adalah pasir.


Sebutir pasir yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah gedung jauh lebih bermakna dan berharga daripada seonggok batu besar yang terpisahkan dari unsur materi yang lain sehingga menjadi penghalang para pengguna  jalan.
Demikian juga dengan manusia. Di mana pun  kita akan punya dampak dan nilai dari keberadaan itu, sekecil apapun pengaruhnya .
Lebih mulia punya peran kecil dalam sebuah komunitas daripada punya potensi besar tetapi jadi sumber permasalahan bagi kebanyakan orang.

Komentar

  1. Telisik pada detailnya mantap bang....Sukses ya

    BalasHapus
  2. Wah, semakin menarik tulisannya, pak... Sekecil apapun yang terjadi pada kehidupan kita, insya Allah ada manfaatnya ya.... Salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mksh Bang Syaiha....berkat sering bc tulis Bang Syaiha hehehe

      Hapus
  3. pasirnya kumpulin ya pak lumayan buat bangun rumah hehehe

    BalasHapus
  4. Bagus analoginya, pesan disampaikan lebih mengena dengan teknik penulisan seperti ini...

    Sukses selalu Ngodop-nya Pak Ustadz

    BalasHapus
  5. di kumpulin om pasirnya...bisa buat bangun rumah hehehe

    BalasHapus
  6. di kumpulin om pasirnya...bisa buat bangun rumah hehehe

    BalasHapus
  7. Analoginya bagus bangett,,,, Aku salah satu penyuka analogi :D

    BalasHapus
  8. Tentunya pengalaman makan yg kurang mengenakan....benar begitu ya kang bari...hehehe. lanjutkan dgn karya" yg lain. Kami selalu menunggu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Abadi

Hamid

Pelukis