BINGKAI
Ditulis : Kang Bari
"Yang ini bagus , berkelas di hasilkan dari ide , kreatifitas dan tehnik pembuatan yang tinngi sehingga terbilang cukup mahal" begitu semangatnya Mas Pandu menceritakan lukisan yang terpajang di dinding bagian ruang tamu sambil menunjuk salah satu lukisan yang ada diruang itu. " Ini karya seniman besar Indonesia era 60 an dan asli " imbuhnya meyakinkan aku.
Aku hanya mengiyakan setiap kata - katanya .
Lukisan yang terbuat dari kanvas dengan bingkai ukuran kira- kira 100 cm x 70 cm begitulah kurang lebihnya bisa berbilang jutaan harganya. Ya dengan bingkai ukuran segitulah....kemudian anganku mulai menghitung dan membandingkan dengan kain jarit batik yang biasa dipakai istri menggendong si kecil, yang jauh lebih panjang dan lebar. Gambar batiknyapun lebih ramai, harganga cukup dengan satu lembar uang lima puluh ribuan , itupun masih ada kembalianya.
Seandainyapun dikasih bingkai, perlu bahan yang lebih banyak dari pada bingkai lukisan di tempat Mas Pandu tadi.
Akhirnya akupun mencoba paham dengan segala yang diceritakan Mas Pandu tadi, kenapa lukisan itu jadi mahal. Mahalnya lukisan bukan pada faktor besar dan kecilnya bingkai. Mahalnya lukisan karena faktor detail lukisan dan nilai seninya yang tinggi yang dihasilkan dari kreatifitas dan desain yang sempurna.
Demikian juga hudup ini, setiap kita sudah ditentukan bingkai hidupnya.
Ada yang bingkai hidupnya luas sehingga sampailah ia lanjut usia, ada yang bingkai hidupnya sempit sehingga ia tidar berumur panjang.
Namun nilai manusia juga bukan tergantung pada dimensi umurnya.
Umur hanyalah perguliran waktu dari menit, detik, hingga hitungan tahun. Dan hakekatnya setiap kita diberikan waktu yang sama dan peluang yang sama. Tinggal bagaimana kita mampu mengambil setiap peluang atau membiarkan peluang itu berlalu begitu saja tanpa makna dan karya.
Ada orang yang berumur panjang tetapi tidak banyak menghasilkan karya , sehingga keberadaanya sama dengan ketiadaanya. Setiap peluang yang ada lepas dari genggaman tanganya, kosong dan sia - sia.
Bahkan kesempurnaan dirinya dan kelebihan yang dimilikipun tidak mampu ia manfaatkan untuk berkarya. Bahkan kesempurnaan dan kelebihanya justru menghalanginya untuk berkarya. Nama besarnya justru menjadikan kerdil dalam berkarya.
Tidaklah ia dapatkan kecuali kesenangan semu dan sesaat yang tidak bermafaat bagi dirinya apalagi bagi orang di sekitarnya.
Bahkan terkadang keberadaanya justru menimbulkan permasalahan bukan menyelesaikan permasalahan.
Kehadiran tidak dirindukan tetapi kepergianya diharapkan.
Sehingga terbuanglah di sudut - sudut sampah kehidupan, dicampakkan dalam lembah kehinaan.
Sebaliknya tidak sedikit orang yang mampu menghasilkan mahakarya, selalu menebarkan kebaikan meskipun umurnya tidak panjang .
Pandai membaca dan menciptakan peluang , setiap detik dimanfaatkan untuk menciptan karya bahkan kelemahan dirinyapun justru dijadikan peluang bagi sukses besarnya. Karena hakekatnya kelemahan itu adalah tantangan untuk menuju sukses besarnya.
Kehadiranya selalu dirindukan karena senantiasa menghadirkan kebaikan - kebaikan dan kepergianya tetap meninggalkan kerinduan akan karya - karya besarnya.
Sehingga ketiadaanya sama dengan keberadaanya.
Tidak akan pernah beruntung orang yang tidak pandai memanfaatkan waktu dengan berkarya, sekecil apapun karya itu. Tidak ada yang besar kecuali bermula dari yang kecil.
Karena hakekat hidup ini bukan hanya bingkai waktu.
======>>>>>> Argamakmur 22 September 2017
"Yang ini bagus , berkelas di hasilkan dari ide , kreatifitas dan tehnik pembuatan yang tinngi sehingga terbilang cukup mahal" begitu semangatnya Mas Pandu menceritakan lukisan yang terpajang di dinding bagian ruang tamu sambil menunjuk salah satu lukisan yang ada diruang itu. " Ini karya seniman besar Indonesia era 60 an dan asli " imbuhnya meyakinkan aku.
Aku hanya mengiyakan setiap kata - katanya .
Lukisan yang terbuat dari kanvas dengan bingkai ukuran kira- kira 100 cm x 70 cm begitulah kurang lebihnya bisa berbilang jutaan harganya. Ya dengan bingkai ukuran segitulah....kemudian anganku mulai menghitung dan membandingkan dengan kain jarit batik yang biasa dipakai istri menggendong si kecil, yang jauh lebih panjang dan lebar. Gambar batiknyapun lebih ramai, harganga cukup dengan satu lembar uang lima puluh ribuan , itupun masih ada kembalianya.
Seandainyapun dikasih bingkai, perlu bahan yang lebih banyak dari pada bingkai lukisan di tempat Mas Pandu tadi.
Akhirnya akupun mencoba paham dengan segala yang diceritakan Mas Pandu tadi, kenapa lukisan itu jadi mahal. Mahalnya lukisan bukan pada faktor besar dan kecilnya bingkai. Mahalnya lukisan karena faktor detail lukisan dan nilai seninya yang tinggi yang dihasilkan dari kreatifitas dan desain yang sempurna.
Demikian juga hudup ini, setiap kita sudah ditentukan bingkai hidupnya.
Ada yang bingkai hidupnya luas sehingga sampailah ia lanjut usia, ada yang bingkai hidupnya sempit sehingga ia tidar berumur panjang.
Namun nilai manusia juga bukan tergantung pada dimensi umurnya.
Umur hanyalah perguliran waktu dari menit, detik, hingga hitungan tahun. Dan hakekatnya setiap kita diberikan waktu yang sama dan peluang yang sama. Tinggal bagaimana kita mampu mengambil setiap peluang atau membiarkan peluang itu berlalu begitu saja tanpa makna dan karya.
Ada orang yang berumur panjang tetapi tidak banyak menghasilkan karya , sehingga keberadaanya sama dengan ketiadaanya. Setiap peluang yang ada lepas dari genggaman tanganya, kosong dan sia - sia.
Bahkan kesempurnaan dirinya dan kelebihan yang dimilikipun tidak mampu ia manfaatkan untuk berkarya. Bahkan kesempurnaan dan kelebihanya justru menghalanginya untuk berkarya. Nama besarnya justru menjadikan kerdil dalam berkarya.
Tidaklah ia dapatkan kecuali kesenangan semu dan sesaat yang tidak bermafaat bagi dirinya apalagi bagi orang di sekitarnya.
Bahkan terkadang keberadaanya justru menimbulkan permasalahan bukan menyelesaikan permasalahan.
Kehadiran tidak dirindukan tetapi kepergianya diharapkan.
Sehingga terbuanglah di sudut - sudut sampah kehidupan, dicampakkan dalam lembah kehinaan.
Sebaliknya tidak sedikit orang yang mampu menghasilkan mahakarya, selalu menebarkan kebaikan meskipun umurnya tidak panjang .
Pandai membaca dan menciptakan peluang , setiap detik dimanfaatkan untuk menciptan karya bahkan kelemahan dirinyapun justru dijadikan peluang bagi sukses besarnya. Karena hakekatnya kelemahan itu adalah tantangan untuk menuju sukses besarnya.
Kehadiranya selalu dirindukan karena senantiasa menghadirkan kebaikan - kebaikan dan kepergianya tetap meninggalkan kerinduan akan karya - karya besarnya.
Sehingga ketiadaanya sama dengan keberadaanya.
Tidak akan pernah beruntung orang yang tidak pandai memanfaatkan waktu dengan berkarya, sekecil apapun karya itu. Tidak ada yang besar kecuali bermula dari yang kecil.
Karena hakekat hidup ini bukan hanya bingkai waktu.
======>>>>>> Argamakmur 22 September 2017
Tulisannya ciamik pak, suka saya membaca nya...
BalasHapusJadi malu hihihi...mksh Bang....
Hapus