Membongkar mitos bulan Suro
Oleh Kang Bari


Pandangan masyarakat Jawa (Kejawen) terhadap bulan Suro
Bulan Suro adalah nama bulan pertama menurut pennggalan Jawa Islam yaitu penanggalan yang di anut oleh orang Jawa dan diambil dari tahun Hijriyah. Nama-nama bulan menurut penanggalan Jawa Islam adalah, Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Sela, Besar.

Diantara 12 belas bualn itu maka bulan Sura adalah bulan yang diyakini merupakan bulan penuh kesialan. Sehingga banyak pantangan yang harus dijauhi agar tidak tertimpa sial tersebut. Karena dianggap bulan sial maka dilarang untuk melakukan hal-hal berikut: menikahkan anak, mendirikan rumah, mengadakan pesta baik pernikahan atau sunatan.

Untuk membuang sial tersebut maka menurut keyakinan mereka,  harus melalukan upacara Ruwatan yaitu upacara pembersihan diri dari sukerta (anak yang dinaungi aura hitam). Malam satu sura adalah malam yang dianggap paling baik untuk mengadakan acra tersebut. Sehingga sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa mengadakan tirakatan semalam suntuk dan berjalan mengelilingi kampung. Upacara malam satu Sura penuh nialai-nilai mistk dan kesyirikan.

Selain itu di bulan Sura biasa juga digunakan untuk membersihkn benda-benda pusaka yaitu benda-benda yang diyakini mempunyai kekuatan. Pembersihan benda-benda ini dilakukan oleh orang-orang tertentu yang sudah memiliki kedudukan tersendiri menurut pandangan masyarakat Jawa. Upacaran pembersihan ini juga menggunakan ritual yang dianggap sakral. Saking sakralnya bulan Suro, kalau ada bayi lahir di bulan ini harus dibuang dulu di tempat pembuangan sampah kemudian diambil sebagai anak temuan. Hal ini untuk membuang sukerta pada anak tersebut.

Pandangan Islam terhadap bulan Muharam (Suro: Kejawen)
Bulan Muharam adalah salah satu bulan dalam perhitungan tahun Qomariyah yang digunakan sebagai dasar  perhitungan tahun hijriyah. Juga merupakan salah satu bulan yang dimulikan oleh alloh SAW.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. at Taubah :36).

Dalam hadis yang diriwayatkan dari sahabat Abu Bakrah radhiyallohu anhu, Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam menjelaskan keempat bulan haram yang dimaksud :
إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ  وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى  وَشَعْبَانَ
“Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada Akhiroh dan Sya’ban.” [ HR. Bukhari (3197) dan Muslim(1679) ]

Penutup.

 Allah ta’ala berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syuraa: 30).

v  Diolah dari berbagai sumber
  • -          Alquran terjemah terbitan Departemen Agama RI
  • -          Hadist sohih Bukhori (terjemah Bahasa Indonesia)
  •       Hadist shohih Muslim (terjemah Baha

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hamid

Nenek Bariyah Wanita Tangguh

Cinta Abadi